Senin, 30 Januari 2012

#3 I Heart You Manyunku

Ini adalah fanfiction kedua dari @HeartSmash4eva karangan adminP @PrincesaBala2. semoga kalian suka..
sebelumnya, maaf kalo ada tulisan-tulisan yang salah. dan ini cuma karangan ya. =)


---

Part3

Suasana kelas 1-2 pagi itu benar-benar ribut. Cowok keren yang sedang berdiri di depan kelas menggemparkan para siswa, khususnya para kaum hawa. Mereka sibuk mencari cara untuk menarik perhatian “manusia nyaris sempurna” di hadapan mereka.
Namun itu tdak berlaku bagi Ika. Cewek yang satu ini hanya tertegun tak bersuara alias melongo melihat “pemandangan indah” di hadapannya.
“Hei, Ika, aku duduk sini ya.” Sang “manusia nyaris sempurna” mengambil tempat duduk kosong di sebelah Ika, diikuti tatapan sirik para fans baru cowok tersebut. Maklum, mirip vokalisnya Cola Float sih!
“Kaget ya kamu?” tanya cowok itu.
“Ya, iyalah. Kenapa kamu tiba-tiba pindah ke sini?” Ika benar-benar kaget.
“Ya, nggak apa-apa.. Aku kepingin aja pindah ke sini. Nggak boleh nih?” tanya Rafael nakal.
“Ika hanya tersenyum.
Jadi, ini yang dimaksud “sampe besok”, batik Ika. Ia kembali tersenyum sendiri. Mencoba bersikap wajar, tapi tetap saja tak bisa. Jantungnya berdebar tak keruan, seakan ingin melupakan kegembiraannya. Ika semakin nggak mengerti, mengapa ia harus sebahagia ini hanya karena ada cowok yang baru saja pindah ke kelasnnya. Benar-benar perasan aneh yang tak biasa.
“Kenapa? Senang ya aku pindah ke sini? Kok senyum-senyum sendiri gitu?” tanya Rafael.
“Yee.. ge-er amat sih!” elak Ika, yang tak menyadari gerak-geriknya sedari dari diperhatikan sepasang mata di sebelahnya.
Rafael tersennyum. Manniiisss.......
“Begitu tau gue pindah je sini, dia langsung berencana ikutan sekolah di sini. Maklumlah, Rafael nggak bisa jauh-jauh dari gue.”
Mendengar itu, ada yang tertawa, dan ada juga yang menggeleng tak percaya.
“Ya ampun, Dicky! Kamu tuh ya! Punya norak kok nggak sembuh-sembuh sih?” keluh Rhey.
“Ya, nih. Tobat dong, tobat.”
“Hahahaha...”
Canda dan gelak tawa memenuhi meja yang terletak di sudut kantin. Tempat favorit tiga cewek dan dua cowok yang sedang menghabiskan waktu istirahat mereka.
“Aku beneran nggak nyangka!” kata Ika.
“Sejak aku tau Dicky mau pindah ke Surabaya, aku emang udah ngerencanain satu sekolah sama dia. Soalnya aku udah deket sama dia dari dulu.” Jawab Rafael.
“Tuh kan! Udah dibilang, Rafael itu nggak bisa deh jauh-jauh dari gue!” seri Dicky pede.
“Pertama sih gitu.” Lanjut Rafael. “Sekarang aku punya satu alasan lain lagi.”
“Alasan apa?” tanya Ika.
“Emang kamu mau tau?”
“Ya, kalo boleh sih.” Jawab Ika.
“Kalo nggak gimana?” goda Rafael.
“Ya, udah. Aku nggak mungkin maksa kan?”
“Emang ada alasan lain apa sih, Raf?” Dicky ikutan bersemangat. “Kok gue nggak dikasih tau?”
“Rahasia.” Jawab Rafael simpel.
“Hahahaa..”
“Kalian beneran nggak cocok deh. Yang satu cool, yang lain norak.” Imbuh Rhey.
“Apaan sih? Gue ini keren, lagi. Kalo lo nggak percaya, ehm.. coba lo tanya Michel. Gue keren kan, michel??” tanya Dicky pada cewek di sebelahnya, yang dengan segera disambut anggukan si cewek.
“Yeee.. kalo kamu nanya Michel, ya sama aja boong dong!”
“Kok..?”
“Ya iyalah. Michel kan..” Rhey menghentikan kata-katanya. Ia hampir saja kelepasan bicara, untung kaki Michel menginjak *dengan sengaja* kakinya. “Eh, ya.. iyalah.. Michel kan satu kelas sama kamu. Dia pasti takut kamu apa-apain.” Rhey cepat-cepat cari alasan lain.
“Emang lo kira gue apaan? Gue kan nggak mungkin apa-apain Michel lah!” Dicky pura-pura marah.
“Hahahaa..”
“Ya, udah.. gue mau anter Rafael keliling sekolah dulu. Dia pengin banget nonton basket.” Kata Dicky pada akhirnya.
“Emang suka basket, Raf?” tanya Michel.
Rafael mengangguk, “Suka banget”
“Ayo, keburu bel nnih. Bye, ladies..!” Dicky dan Rafael meningalkan kantin.
“Lo udah kenal Rafael sebelum ini, Ka?” tanya Michel, setelah dua makhluk keren itu pergi.
Ika mengangguk. “Udah. Dia temen adiknya Vidky. Kemarin dia baru aja anter aku pulang.”
“Hah? Dianter pulang? Kok bisa? Jangan-jangan lo suka dia, ya?”
“Apaan sih, Michel? Ya, nggak lah! Emang kalo dianter pulang berarti aku suka, gitu?”
“Atau dia yang suka lo? Kan bisa aja, Ika!”
“Michel sayang, kalo masalah itu kamu tanya langsung aja sama orangnya. Kami baru kenal dua hari lalu, nggak mungkin dong langsung suka gitu aja.” Kata Ika.
“Mungkin aja, Ika. Love at first sight. Cinta pada pandangan pertama. Gimana?”
“Gimana apanya? Aku sih nggak ngerti. Selama ini belum ada cowok yang bisa bikin aku jatuh cinta, sekeren apa pun cowok itu.” Ujar Ika cepat.
Rhey tersenyum. Yang dikatakan Ika memang benar adanya. Selama ini cowok seganteng, sekeren, dan seterkenal apa pun nggak bakal bisa ngeluhin hati Ika. Sejak dulu Ika sudah terkenal. Tenu saja itu berkat anugerah Tuhan, yaitu kecantikan. Seiring kepopulerannya di kaum adam, semakin banyak juga di antara mereka yang harus menelan kepahitan karena ditolak. Jadi, adegan “antar pulang” yang terjadi kemarin cukup menggetarkan sejarah yang sudah dicatat Priyanka selama hidupnya.
“Priyanka, cinta nggak bisa ditebak. Kalo waktunya jatuh cinta, ya jatuh cinta aja, nggak usah di tutup-tutupin.”
“Rhey aku kan belum ada rasa sama dia. Apalagi cinta. Terlalu dini deh! Nggak usah mikir yang nggak-nggak dulu. Kalo orangnya tahu kan jadi nggak enak.” Jawab Ika.
“Ya sih. Terlalu cepat buat menyimpulkan. Aku suka tipe dia. Kayaknya dia cowok baik. Aku setuju kalo kamu sama dia.” Kata Rhey.
Ika dan Michel mengangguk. Seolah sama-sama mengakui pancaran pesona yang sudah ditebarkan rafael.
“Aku akui sih, nggak tahu kenapa aku ngerasa nyaman kalo sama dia. Ini untuk yang pertama kalinya aku rasa. Akan tetapi bukan berarti aku suka dia, kan?”
“He-eh. kalo nanti tiba-tiba kamu suka sama Rafael, jangan lupa bilang kita-kita ya. Kami berdua pasti bakal bantu kamu. Ika, Rafael kurang apa coba? Dia keren, ganteng, pokoknya nyaris sempurna deh.” Jawab Rhey.
“Ada kurangnya kok.” Elak Ika.
Tatapan kedua temannya seperti mengatakan “apa?”
“Kurang rasa suka dari aku.” Jawak Ika, sambil tertawa. “Kan, walau ganteng, keren, pinter, dan sebagainya, tapi kalo aku nggak suka juga percuma.”
“Yup.. yup. Yang sempurna itu Alex.”
“Ya.. ampun, Rheyna! Ternyata diam-diam kamu naksir kakakku,ya? Kok nggak ngomong dari dulu sih?” kata Ika. Ternyata Alex laris juga di kalangan adik kelas.
“Ya, nggak bisa dibilang naksir juga sih. Alex itu bener-bener nyais sempurna. Jadi, siapa coba cewek yang nggak suka sama dia?” jawab Rhey.
“Gue sih ngerasa dia biasa-biasa aja. Akan tetapi, cinta emang nggak Cuma dilihat dari tampang aja, kan?” kata Michel.
Rheyna menyetujui.
“Gue sih nggak naksir Alex! Gue udah terlanjur cinta mati sama Dicky.”
“Ya, ampun! Gini deh kalo ngomong sama kalian.”
“Hahaaa..”
“Dasar aneh.”
“Hahahaa..”
Sementara itu, di sisi lain gedung sekolah mereka.
“Alasan lo yang lain itu Ika, kan??” tanya Dicky pada Rafael yang duduk di sebelahnya.
“Masa ya?” Rafael menanggapi dengan enteng.
“Ya, alasan lo sekolah di sini. Lo bilang ada alasan lain selain gue, kan? Apa itu Ika?”
“Kenapa emangnya? Lo mau tau banget ya?”
“Ya, iyalah. Raf, gue gak mau lo mainin Ika ya.”
“Maksud lo? Mainin gimana?” tanya Rafael, tak mengerti ke mana arah pembicaraan Dicky.
“Lo tertarik sama Ika, kan? Itu kan yang juga jadi alasan lo pindah ke sini? Ayolah, gue tau lo, Dick.”
Rafael terdiam sebentar. Mencari jawabah yang tepat.
“Oke, gue emang tertarik sama Ika. Alasan  kedua gue pindah ke sini biar gue bisa ketemu dia setiap hari. Itu bukan berarti gue mainin dia, kan?”
“Gue ngerti. Bukannya lo masih cinta mati sama Vita? Yang gue denger, dia pindah ke Aussie, ya?” tanya Dicky, menyebut nama cewek gebetan Rafael.
“Yup. Dia pindah ke Aussie sejak setahun yang lalu. Ya, kayak yang lo tau, dia belum jawab perasaan gue.” jawab Rafael. “Udahlah, nggak usah bicarain Vita lagi. Udah basi!”
“Sekarang lo berpaling ke Ika? Gini, Raf, gue nggak mau lo salah paham sama omongan gue. gue bener-bener nggak mau Ika lo anggap Cuma sebagai pelarian lo aja. Yang gue tau, lo tuh cintanya Cuma sama Vita. Jadi, menurut gue, lo jangan terlalu baik sama Ika deh. Gue nggak mau dia nanti sakit hati.”
“Lo kok perhatian banget sih sama dia?” tanya Rafael.
“Raf, gue suka sama dia. Lo tau kan? Gue suka sama Ika dari SD sampe sekarang. Lo tau, satu Jakarta udah gue puterin, nggak ada yang kayak Ika. Buat gue, dia itu istimewa!”
“Terlalu didramatisir! Walaupun bener sih, Priyanka emang istimewa.” Kata Rafael.
“Jadi..?”
“Gue nggak ngerti. Kalo gue suka sama Ika, itu artinya kita harus bersaing secara adil.” Kata Rafael tegas.
Dicky mengerti. Rupanya, sepupunya ini sudah mulai menyukai Ika. Tentu saja, itu membuatnya cemburu. Ia merasa, perasaan yang sudah terpuruk selama enam tahun lebih, disaingi dengan mudah oleh sepupunya. Somoga saja ini bukan hanya pelampiasan. Kalau Rafael berani mempermainkan Ika, Dicky nggak tau apa yang diperbuatnya pada Rafael
“Non, kamu tungguin aku bentar, ya? Aku masih ada latihan nih! Buat prom night. Kira-kira satu jam lagi selesai kok.” Kata Alex pada adiknya.
“Ehm, ya udah deh.” Kata Ika.
“Gimana, kali Priyanka gue yang ngater?” tiba-tiba Rafael sudah ada di belakang mereka, dan sepertinya ia mendengar pembicaraan kakak-beradik itu.
“Eh, Alex, ini Rafael. Sepupu Dicky.” Ika memperkenalkan Rafael.
“Nggak apa-apa kalo lo nganter Ika pulang?”
“Ya, nggak apa-apa lah. Pasti selamat!”
“Ya.. Udah, kamu ikut Rafael aja. Daripada kelamaan nunggu. Lagi pula, dia cakep banget. Kayak tipe kamu, ya?” kata Alex usil. Tentu saja, kalimat terakhir sengaja dipelankan hingga hanya Fey yang dapat mendengarnya.
“Apaan sih? Ngaco..”
“Oke.. Ati-ati ya.” Alex melempar senyum, dan meninggalkan Ika.
“Rumah kita sebetulnya nggak searah.” Kata Ika pada Rafael.
“Ya, nggak apa-apa, Ika. Aku seneng kok, ada yang nemenin aku. Jadi nggak kesepian deh!”
Ika tersenyum.
“Kalo gitu sering-sering aja ya Raf. Soalnya Alex sering banget telat pulang. Dua bulan lagi kan prom night. Jadi, dia sibuk latihan!” kata Ika bercanda. Mana mau lagi Rafael nganter dia pulang tiap hari. Bisa habis tuh bensin. Bensin sekarang mahal, kan?
“Dengan senang hati. Kalo bisa aku antar-jemput kamu setiap hari.” Kata Rafael sambil tersenyum.
“Eh! nggak-nggak! Aku Cuma bercanda kok.. nggak..”
“Haha.. nggak apa-apa lagi. Aku tambah seneng lagi.”
“Seneng kenapa??”
“Biar ada temennya. Haha..”
“Emang di rumah kamu nggak ada temen ya? Adek gitu??”
"aku anak tunggal.."
"Ohh.."
Percakapan dua remaja itu tidak berhenti sampai disitu saja. masih berkelanjutan sampai akhirnya mereka sampai di rumah Ika.
When I see your face
Cause not the thing that I would change
Cause girl your amazing
Just the way you are

Lagu Just The Way You Are dari Bruno Mars mengalun di kamar Ika. sementara itu, seorang cowok sedang berdiri di abang pintu kamar Ika. yap! Alex!
"Non, mau nanya nih.." katanya.
"Nanya apa?? Cepetan. Udah ngantuk nih." kata Ika.
"Rafael itu siapa??"
"Kan udah aku kenalin tadi. Dia temen adiknya Rico. Sekaligus sepupunya Dicky."
"Bukan.. Maksudku, kenapa dia mau nganterin kamu pulang??"
"Nggak tau.. Kamu tanya aja langsung sama dia. oh iya, nggak cuma itu, dia bakal anter jemput aku setiap hari. jadi nggak perlu nunggu kamu lagi."
"Jangan-jangan kamu suka ya sama Rafael??"
"Nggak lah. Orang baru kenal juga."
"Berarti, dia yang suka sama kamu.."
"Apaan sih?! UDah ah, sana. aku ngantuk mau bobok.."
"Iya iya ahh.. Met bobok adikku sayang.."
Seorang gadis sedang tidur pulas di ranjang yang serba merah muda.
sementara seorang cowok malah sedang bimbang, tidak bisa tidur. dan sedang memikirkan sesuatu.
Rafael.. Ya Rafael. dia sedang menatap foto seorang cewek berambut panjang sebahu. tersenyum, sambil memamerkan deretan giginya yang putih dan rapi. Senyum dan tatapannya yang ramah membuat cewek itu terlihat baik. sangat baik malah.
Vita, nama cewek ramah itu. satu-satunya cewek yang dapat mencuri hati Rafael. cewek yang tak pernah dapat dia hapuskan dari pikirannya. Yang membuat dia tidak lagi memikirkan cewek-cewek lain selama satu tahun ini. Ya, mungkin lebih tepatnya, sampai saat dia bertemu Priyanka.
Priyanka. Mengapa rafael bisa sebaik itu dengan Ika? Apalagi ia tak terlalu mengenal cewek itu. Sebelumnya, ia tak pernah sebaik ini terhadap cewek. Apa ini tandanya ia bisa melupakan Vita??



To Be Continued
Thanks for reading =)
Gbu all

Minggu, 29 Januari 2012

#2 I Heart You Manyunku


Ini adalah fanfiction kedua dari @HeartSmash4eva karangan adminP @PrincesaBala2. semoga kalian suka..
sebelumnya, maaf kalo ada tulisan-tulisan yang salah. dan ini cuma karangan ya. =)


---

Part2


Suara gitar, bas, organ, dan drum menyatu serta menggema dari ruangan di lantai empat SMA Kr. Petra 1. So pasti suara itu bersumber dari Waved Band *bandnya Alex and the gank* yang sedang latihan.
Ika berjalan ragu menuju ruangan yang semakin berisik sambil mengomel dalam hati.
Sialan banget si Alex! Masa bisa-bisanya aku disuruh pulang bareng Rico sih? Mentang-mentang dia ada urusan, aku ditelantarin! Rico emang baik sih, tapi kan aku baru aja kenal sama dia kemarin sore. Masa udahnumpang pulang segala? Kan nggak sopan banget!
“Eh, Ika. Tunggu bentar ya, aku ambil tas dulu.” Kata Rico, yang tiba-tiba keluar sebelum Ika sempat mengetuk pintu.
“Oh, ya..” jawab Ika pelan. Duh, malu banget nih!
Beberapa saat kemudian, Ika dan Rico sudah dalam perjalanan pulang. Mercedez Benz Z3 yang ditumpangi kedua remaja yang baru saja berkenalan ini bisa dibilang sangat nyaman. Ika hampir saja ketiduran, padahal lama perjalanan Cuma lima belas menit.
“Ika, kita hampir sampe!”
“Ah, ya. Eh, ini rumah siapa?” tanya Ika kaget, menyadari rumah yang ditunjuk Rico bukan rumahnya.
“Lho, emangnya Alex nggak bilang ya? Kamu sementara di rumahku dulu. Soalnya di rumahmu nggak ada orang. Entar jam lima, Alex jemput kok. Jadi, kamu nunggu dia di rumahku aja.”
Apa? Sialan banget si Alex.. Masa adiknya yang berharga ini dititipin ke orang lain sih? Nggak sopan banget! Kalo ada apa-apa gimana? Awas kalo ketemu di rumah nani! Dasar kakak nggak tau diri!
Mau gimana lagi? Dengan pasrah akhirnya Ika mau juga masuk ke rumah bercat putih itu.
Rumah Rico sangat luas dan mewah. Hampir semua perabotannya dari kayu jati asli. Seperti kursi ruang tamu yang diduduki Ika saat ini, di sana-sini terdapat berbagai macam ukiran yang nggak jelas bentuknya. Pokoknya, kelihatan berseni banget! Belum lagi lukisan-lukisan yang terpajang di setiap sisi tembok. Satu hal lagi yang menjadi puncak kemewahan rumah ini, di taman belakang ada kolam renang besar dengan panpan luncur pada salah satu ujungnya.
Bener-bener rumah yang super mewah , pikir Ika.
“ika, masuk dulu yuk! Aku kenalin sama sepupuku” ajak Rico, sebelumnya Ika menikmati pemandangan rumah itgu.
“Iya.” Kata Ika, sambil mengikuti Rico ke ruangan besar di lantai dua. Rico membuka pintu ruangan besar itu.
Pandangan Ika menyapu ruangan berukuran 10x9 meter itu. Di atas karpet berwarna itam-putih tampak dua cowok sedang menari breakdance. Cowok yang satu sedang sibuk dengan kertas-kertas bergambar. Sementara di sudut sofa merah, seorang cowok sedang duduk sambil memainkan gitar.
“Reza, ini Ika.” Salah satu dari cowok yang sedang breakdance itu menghentikan kegiatannya dan berjalan mendekati Ika.
“Ini Reza, sepupu aku.” Rico mengenalkan sepupunya, yang saat itu mengenakan kaus merah.
“Hai, aku Reza. Mereka temen-temenku. Yang itu namanya Rafael.” Kata Reza, sambil menunjuk cowok berbaju kuning yang tadi lompat-lompat di sebelahnya.
“yang duduk di sofa itu Ilham adikku, sama Rangga.” Kata Reza lagi, menunjuk dua cowok yang tadi sibuk dengan kertas-kertas bergambar.
“Kalau yang di ujung duduk di sofa merah sama itu namanya Bisma. Dia yang paling jago di antara kita.” Kata Rico lagi. Cowok itu hanya tersenyum sambil memamerkan deretan giginyayang di behel alias di kasih pager.
“Jago?” komentar Ika pelan.
“Ya, sepupuku ini suka banget sama yang namanya breakdance.. terus mereka buat group dance, yang namanya Heartbreaker. Ketuanya Rafael. Soalnya dia yang paling dewasa.” Kata Rico.
Breakdance? Rafael? Heartbreaker? Kok kayaknya familiar banget ya?? Jangan-jangan.. Apa mungkin??
“Ika, duduk sini dulu. Masa kamu mau berdiri di pintu terus sih??” kata Rico, sambil menunjuk tempat kosong di sofa biru di ujung. Tepat di sebelah cowok bernama Rafael.
Ika berjalan perlahan dan akhirnya duduk di sebelah Rafael. Kalau diperhatikan dengan seksama, cowok berambut jabrik di sebelah Ika ini mirip banget sama penyanyinya Cola Float. Bahkan kayaknya kembarannya.
“Aku ambilin minum dulu ya, Ka!”
“Kami juga mau. Coca-cola enam ya!” kata Reza.
“Oke.”
Di ruangan seluar sembilan puluh meter ini kini ada Ika dan lima cowok asing yang baru aja dikenalnya. Beruntung banget dia, mereka tampaknya ramah dan baik.
“Nama kamu Priyanka?” tanya Rangga.
“Ya.” Jawab Ika malu-malu.
“Keren bangert!” kali ini Bisma ikutan nimbrung.
“Panggilannya apaan??’ tanya Rangga lagi.
“Ika” kata Ika.
“Eh, aku udah nemuin formasi baru nih!” kata Ilham
“Mana? Mana?” kedua cowok tadi langsung menghampiri Ilham yang sedang duduk di sofa merah. Mereka mengamati kertas-kertas dengan antusisas.
“SMS kamu unik banget,ya?”Rafael, cowok di sebelah Ika, tiba-tiba berkomentar.
“Eh?”
“Aku ngomong sama kamu. Kamu kan yang waktu itu kirim SMS ke radio?” Rafael tersenyum. Waa.. ada lesung pipiiiinya. Manisssss bangett..hah? Jadi.. ya ampun..! jadi beneran dia..
“Jadi, kamu yang waktu itu bintang tamu di radio?” tanya Ika, tak percaya pada kebetulan ini.
“Ya.”
“Kok tau aku yang ngirim?” tanya Ika lagi.
“Ya, aku nebak aja. Lagian, yang punya nama Priyanka di Surabaya kayaknya Cuma kamu deh. Namamu itu kan jarang banget ada.”
“Oh! Jadi SMS-ku waktu itu nyampe? Sori banget, nggak ada maksud apa-apa kok. Cuma ngerasa aneh aja, masa..”
“Udah, nggak apa-apa, lagi.” Kata Rafael.
“Umm.. Kok nggak ikut latihan??” tanya Ika.
“Entar aja, masih capek” lagi-lagi Rafael tersenyum. Ika pin juga ikut tersenyum.
“Eh, kamu juga ada lesungnya ya.. wah.. ada dua lagi..” kata Rafael.
“Eh? iya.. hehe..” kata Ika malu-malu.
“Nih, coca-colanya. Siapa yang mau?” Rico, masuk ruangan sambil membawa tiga botol besa coca-cola, jelas saja kedatangannya mengganggu percakapan antara Ika dan Rafael.
“There’s something ‘bout the way ypu look tonight
There’s something ‘bout the way that I can’t take my eyes off you..”

Lagu The Way dari Clay Aiken mengalun dari CD-player milik Ika.
Tok..tok..tok.. pintu kamar Ika diketuk, membuyarkan keasyikan Ika yang sedang dengerin lagu.
“Non, ganggu nggak?”
“Eh, nggak, masuk aja.” Jawab Ika.
Setelah masuk, Ales mengambil posisi duduk tepat di sebelah Ika.
“Tadi aku udah ngungkapin semua ke Vina..”
“That you love her?”
“He-eh.” Alex mengangguk.
Jadi ini yang disebut alex sebagai “urusan penting yang mendadak” batin Ika.
“Padahal” lanjut Alex, “aku sayang banget sama dia. Aku sama sekali nggak mau nyakitin dia. Apa pun bakal aku lakuin untuk bikin dia bahagia.”
Ika memandang lembut kakaknya.
“Alex, aku memang belum pernah ngerasain yang namanya cinta. Menurutku, cinta bukan Cuma butuh diungkapkan, tapi juga butuh dibuktikan. Mungkin Vina udah tau kamu suka sama dia, tapi dia belum yakin. Dia takut perasaanmu baka berubah suatu saat nanti. Vina pasti nggak mau sakit hati, kan? Kalau begitu kasih bukti ke Vina kamu bakal tetep sayang dia, apa pun yang terjadi. Seorang cewek yang tidak peka sekalipun, pasti akan merasa ada seorang yang dengan tulus mencintainya bila berada di dekat orang itu.” Kata Ika lagi, mengutip satu kalimat yang ia ambil dari salah satu novel yang pernah dibacanya.
“Cieee.. Kayaknya sekarangkamu tambah dewasa, ya?” goda Alex.
“Apaan sih? Ya, iyalah.. Masa aku harus kecil terus sih?”
“Iya deh. Thanks.. kamu bener-bener adik aku yang asyik. Nggak salah kalau Rico akhirnya naksir kamu.”
“Alexxxxx!! Awas kamu kalo macem-macem..!!” Ika bangkit mengejar Alex yang sudah terlebih dulu keluar, menghindari cubitan sadis adik semata wayangnya.
Ika kembali merebahkan tubuhnya di ranjang. Cesa sudah punya pacar. Kelihatannya Cesa dan Morgan saling mencintai. Itu semua terbukti dari sedikitnya frekuensi mereka bertengkar. Alex juga sebentar lagi*kalau bisa* jadian sama Vina. Kenapa mereka sudah ngerasain yang namanya cinta, sedangkan aku nggak ya? Batin Ika. Apa yang salah dari aku? Apa aku memang belum cukup umur? Aku sih berharap bisa pacaran sambil mengenakan seragam SMA. Seperti di komik-komik Jepang. Kan kelihatan keren!
Kata Cesa, cinta nggak bisa ditebak. Cinta bisa datang maupun pergi kapan pun. Datangnya juga tiba-tiba, tanpa ada perencanaan atau konfirmasi terlebih dulu. Kita tidak akan pernah bisa memilih orang yang bakal kita cintai. Saat cinta datang, kita hanya akan menerimanya saja karena cinta telah memilik yang terbaik untuk kita.
Sepertinya cinta bener-bener perasaan yang unik,ya? Andai aku bisa segera merasakannya. Cinta.. cinta.. cinta.. tiba-tiba...
Tit..tit..tit.. Ika tersentak dari lamunannya.
Hp ika yang terletak di atas bantal berbentuk hati mengeluarkan bunyi, tanda SMS masuk.
Hai, ini Priyanka? Ini Rafael. Lg ngapain?
Rafael?? Rafael yang mana?? Eh.. jangan-jangan..
Ini Rafael temennya Reza? Emg tau no hp-ku drmn?

Masa kmu lupa? Sejak kmu SMS ke radio waktu itu, nomor hp kmu selalu tersimpan rapi di phonebook-ku. Hehe.. Lg ngapain?

Ya, Tuhan! Jadi, bener ini Rafael yang waktu itu. Kenapa dia tiba-tiba SM aku ya? Pikir Ika.
Panggil Ika aja. Lg dengerin CD. Kmu sndri ngapain?
Percakapan via SMS itu pun terus berlanjut, hingga malam menjadi larut dan kedua pasang mata Ika mulai mengantuk.
Saat itu Ika tidak tau, SMS singkat dari Rafael itu akan menjadi awal dari perubahan besar dalam hidup Ika. Suatu awal gelak tawa, kebahagiaan, kepedihan, dan air mata. Langkah awal menuju kedewasaan...
“Pagi, Ika.” Sapa Rico.
“Hei! Pagi juga. Nungguin Alex? Tuh lagi di parkiran, bentar lagi masuk. Duluan ya Ric!”
“Ya” jawab Rico, setelaah terdiam sejenak.
Ika berjalan perlahan menuju kelasnya di lantai tiga, di sana Dicky sudah sejak tadi menunggunya di depan kelas.
“Pagi, cantik!” sapa Dicky.
“Jayus, tau!” balas Ika ketus, seperti biasanya.
“Eh, galak amat sih? Nggak apa-apa deh. Justru itu yang aku suka dari Priyanka-ku yang cantik.”
“Priyanka-ku? Gila kamu kumat ya, Dick? Kok nggak sembuh-sembuh sih?” jawab Ika, sambil berjalan lagi menuju kelasnya.
“Kamu kenal Rafel ya?” Dicky melontarkan pertanyaan.
Langkah Ika terhenti begitu mendengar nama itu. Entah rem jenis apa yang membuatnya berhenti dengan begitu sempurna.
“Rafael? Emang kenapa? Kamu juga kenal?” Ika menoleh memandang Dicky.
“Dia sepupuku, honey. Kemarin dia cerita kalo dia ketemu kamu.”
Ika tak berkomentar.
“Kenapa? My honey kaget ya?”
“Yup. Soalnya kalian sama sekali nggak mirip.” Kata Ika asal.
“Ika, kelihatannya dia naksir kamu deh. Susah nih punya cewek cakep! Nambah lagi sainganku.” Dicky menatap “agak” genit.
Ika tidak menanggapi dan terkesan tidak peduli, lalu masuk ke kelas.
“Langsung pulang, Ika?” tanya Rhey, setelah bel tanda pulang sekolah berbunyi nyaring.
“Yup. Tugas biologi tinggal di-print, kan?”
“He-eh. besok kan dikumpilin, jangan lupa dibawa.”
“Beres, bos! Tenang aja. Duluan ya, entar Alex ngomel lagi kalau aku telat keluar.”
“Okeeee..’
Ika berjalan menuju gerbang sekolah, tempat Alex biasa menunggunya. Entah mengapa, tidak seperti hari-hari sebelumnya, Alex tidak ada di sana. Sebagai gantinya, ada cowok berseragam SM langsung tersenyum begitu melihatnya.
“Rafael? Ngapain di sini?”
“Tadi aku ada urusan bentar di sini. Sekarang udah selesai. Aku antar kamu pulang ya? Nggak apa-apa kan?” ajak Rafael.
“Alex udah nunggu dariii..” sebelum Ika sempat melanjutkan kata-katanya, HP di saku Ika bergetar
Ika, aku masih latian di atas. Km pulangnya ama tmn aja ya! =)
Sebuah SLK biru melaju cukup kencang di jalan raya. Yang duduk di belakang kemudi seorang cowok berambut jabrik, dan tepat di sebelahnya duduk cewek cantik yang sedang sibuk mengutak-atik HP-nya.
“Lagi sibuk nih?” tanya Rafael.
“Eh, nggak kok. Nggak ada apa-apa.” Ika pura-pura cuek. Sebenarnya hal itu dilakukannya hanya untuk menenangkan hatinya yang sedang berdegup kencang.
Entah mengapa, degup jantung Ika seolah tak mau berhenti. Berdetak kencang tak dapat dikontrol. Ada apa ini? Aneh, ia tak pernah merasakan iini sebelumnya.
Cowok di sebelah Ika terlihat sempuna. Tatapan matanya tajam, hidungnya mancung, ditambah dengan senyum manisnya yang memesona. Apa hanya karena itu jantung Ika jadi berdegup kencang seperti ini? Ataukah ada hal-hal lain yang membuatnya*untuk yang pertama kalinya* jadi salah tingkah? Ada apa sebenarnya?
Setelah kurang-lebih tiga menit, keheningan mulai ter-pecah. Obrolan dan gurauan Rafael membuat Ika merasa nyaman berada di mobil itu. Ia mulai merasa cocok dengan cowok yang baru saja dikenalnya kemarin sore. Rafael. Ya, Rafael. Cowok pertama yang membuat Ika merasa begitu nyaman. Begitu dekat, seperti teman lama. Perjalanan mereka jadi tak terasa, jarak yang seharusnya ditempuh 20 menit terasa sekejap saja.
“Thanks ya, Raf..”
“Oke, sape besok.” Begitu Ika turun dari mobilnya, Rafael tancap gas dan melaju kencang.
Ika melihat mobil yang dikendarai Rafael menghilang dari pandangan.
Besok? Emang besok ada acara apa? Masa dia mau nganteraku pulang lagi? Ah, nggak mungkin banget. Nggak usah ngarep deh!
Ika menyapa Cesa yang sedang embaca majalah, lalu naik menuju kamarnya, berganti baju, dan mencoba untuk tidur. Sepertinya ia harus begadang malam ini karena tugan biologi sudah menanti di depan mata.
Ika berusaha memjamkan mata, tapi kejadian barusan kembali berkelebat di benaknya. Rafael, kenapa tiba-tiba dia ada di sekolah tadi? Kenapa dia tiba-tiba mau nganter aku pulang? Aku kok bisa-bisanya percaya sama dia? Aku kan baru kenal dia kemarin. Kenapa dia sama sekali nggak terasa asing buat aku? Apa aku emang pernah kenal dia sebelumnya? Hati ini terasa begitu dekat...
Akhirnya, belum semenit Ika berpikir, ia sudah tertidur. Menuju alam mimpi yang indah.
aku berjalan dengan sayap putih yang sangat indah di belakang tubuhku. Menyusuti jalan setapak yang ku tak tahu hendak ke mana tujuannya. Lalu, aku melihatmu. Pandangankiu tak henti hanya kepadamu. Tak jelas siapa sebetulnya dirimu, terlaluawam buatku. Yang aku tahu, saat kau menoleh dan melihatku, kau tersenyum padaku. Senyum yang indah. Sangat indah. Serasa merasuk ke dada dan membuat hati ini terasa hangat.

Sabtu, 28 Januari 2012

#1 I Heart You Manyunku

Ini adalah fanfiction kedua dari @HeartSmash4eva karangan adminP @PrincesaBala2. semoga kalian suka..
sebelumnya, maaf kalo ada tulisan-tulisan yang salah. dan ini cuma karangan ya. =)


---

Part1



“Ika, bangun! Udah siang nih!”
Hening.
“Ika!!”
Tetap hening.
“IKA!! KAMU MAU SEKOLAH ATAU NGGAK?”
“M,.. Iya, iya.. Aku bangun,” kata Ika pada akhirnya, lalu bergegas menuju kamar mandi.
Nama gadis yang baru bangun ini Priyanka. Karena nama yang sulit diucapkan itu, ia biasa di panggil Ika. Ya, supaya terkesan lebih simpel saja.
Gadis SMA berambut panjang ini dianugrahi wajah cantik, bahkan sangat cantik. Rambut lurusnya yang kecoklatan semakin membuatnya menarik. Saat ia tersenyum sepasang lesung pipit akan muncul, menambah pesona kemolekan yang di pancarkannya.
Walau cantik, Ika belum juga punya pacar. Tepatnya, selama 15 tahun hidupnya, Ika belum pernah pacaran. Bagi Ika, sampai saat ini belum ada cowok yang bisa membuat hatinya berdebar, seperti yang dirasakan pemeran wanita dalam komik-komik atau novel kesukaannya bila sedang jatuh cinta. Jadi, jika salah satu dari sekian banyak cowok yang mengejar Ika akhirnya memberanikan diri menyatakan cinta, dengan tegas ia akan menolaknya.
“Ika, cepetan! Alex udah nunggu dari tadi tuh!” panggil Princesa dari lantai bawah.
“Iya, ini aku turun. Berangkat dulu ya, Ces!” pamit Ika, sambil melambaikan tangan ke arah Princesa.
“Ya. Ati-ati!” jawab Princesa, membalas lambaian tangan Ika.
Princesa adalah kakak tertua Ika. Princesa biasa di panggil Cesa. Karena orangtua mereka tinggal di luar negeri, Cesa-lah pengganti orangtua bagi Ika. Mahasiswi Universitas Widya Mandala fakultas perhotelan ini merupakan sosok kakak yang cukup ideal. Jadi, nggak heran kalau Morgan, pacar Cesa selama lima tahun, nggak ada bosan-bosannya mendampingi cewek berambut coklat disemir ini.
Sekarang kita beralih ke cowok keren yang sedang asyik menyetir Sellica merah di sebelah Ika. Namanya Alex, umurnya 17 tahun. Alex adalah kakak Ika yang nomor dua. Cowok ini cukup populer di sekolah. Selain menjabat ketua OSIS, cowok tinggi yang jago three points ini masuk tim inti basket dan gitaris band sekolah yang dibentuknya dua tahun lalu. Walau kelihatan supersibuk, Alex masih sangat perhatian pada adik satu-satunya ini. Ika amat bangga pada kakaknya yang satu ini.
“Kamu turun dulu sana, aku mau parkit.”
Ika turun tepat di depan gerbang SMA Kr. Petra 1, tempat yang sudah sejak satu minggu yang lalu menjadi sekolahnya.
Tiba-tiba, braakk...! seorang cowok berpostur tinggi menabrak Ika hingga tas berwarna pink yang dibawanya terlempar ke lantai.
“Sori, aku nggak sengaja,” cowok itu meminta maaf.
“Mm, nggak apa-apa.” Ika tersenyum, lalu mengambil tasnya dan berjalan menuju kelas, sementara si cowok masih berdiri mematung memandangi sosok Ika dari jauh.
“Ika! Rhey! Lo tau nggak? Di kelas gue ada cowok pindahan dari Jakarta!” kata Mizanti cepat, tepat setelah Ika duduk di kursinya.
“Tau dari mana?”
“Gue tau dari Johan. Dia dikasih tau Bu Enny. Katanya orangnya cakep, bo!” celoteh Mizanti. “Akhirnya, di kelas gue ada juga cowok yang cakep!”
“Emangnya Johan kurang cakep, Michel? Dia kan kelihatannya suka sama kamu,” kata Ika.
“Ya ampun, Ika! Johan emang lumayan, tapi bukan tipe gue. duh, gue jadi penasaran nih sama anak baru itu.”
“Emang kamu niat banget ya pingin ketemu?” tanya Ika.
“Ya, iya lah. Kalo beneran cakep, gue mau jadi pacarnya!”
“Yee.. Daripada sibuk penasaran sama anak baru itu, mendingan ganti tuh logat Jakarta-mu. Kamu kan orang Jambi, masa ngomongnya pake lo-gue gitu sih?” kata Rheyna.
“Rhey, Rhey.. kan biar gaul gitu.. biar modern gitu.. Pokoknya, gue udah incer tuh cowok. Dilarang nyerobot, ya!”
“Oke deh.. tenang aja. Kami berdua nggak akan tertarik kok,” jawab Rheyna santai, seolah temannya yang satu ini sudah  benar-benar jatuh cinta pada cowok yang entah bernama siapa itu.
Obrolan asyik mereka terpaksa berhenti karena bel masuk berbunyi.
“Yok deh.. Gue masuk kelas dulu. Udah nggak sabar nih!” Mizanti nyengir.
“Ya udah. Daaah, Michel!” ujar Rheyna dan Ika berbarengan.
Rheyna dan Mizanti adalah sahabat Ika. Rheyna, biasa dipanggil Rhey, berasal dari Samarinda ini, termasuk cewek yang kalem dan sabar. Cewek berambut panjang ini sering dijadikan penengah sekaligus penasihat di antara mereka bertiga. Mizanti, biasa dipanggil Michel, katanya lebih modern. Ia juga terkenal dengan logat Jakarta-nya yang kental banget, padahal dia orang Jambi. Nggak nyambung banget, kan? Bagaimanapun sifat mereka, mereka tetap teman yang terbaik bagi Ika.
Priyanka dan Rheyna sekelas 1-2. Kelas mereka di lantai tiga, dan bisa dibilang cukup strategis karena berbatasan langsung dengan beranda yang menghadap ke lapangan basket. Jadi, para siswi di kelas ini dapat menghilangkan rasa bosan di waktu istirahat mereka dengan memandangi cowok-cowok keren yang sedang bermain basket.
Sedangkan Michel di kelas sebelah, 1-3. Kelas yang para penghuninya sedang sibuk membicarakan cowok pindahan baru.
“Nama saya Dicky,” cowok yang menjadi buah bibir ini memperkenalkan diri di depan kelas.
“Kamu boleh duduk. Di belakang Michel masih ada tempat kosong. Coba kamu kesana,” pinta Bu Enny, wali kelas 1-3.
“Baik, Bu,” jawab Dicky, sambil berjalan menuju bangku kosong tepat di belakang Michel. Jantung Mizanti berdegup kencang.
“Hai! Lo siapa?” sapanya pada cewek yang duduk di depannya, yang tak lain dan tak bukan adalah Michel.
“Hai juga. Gue Mizanti, panggil aja Michel,” jawab Michel cepat, terkagum-kagum pada ketampanan cowok baru ini. “Ehm, Dick, kenapa lo pindah ke Surabaya?” Michel memberanikan diri memulai percakapan.
“Gue sih asli Surabaya. Cuman waktu SMP gue pindah ke Jakarta. Sekarang balik ke Surabaya lagi,” jawab Dicky, sambil tersenyum lebar. Sekali lagi Michel tersepona eh terpesona.
“Lo orang Jakarta? Kok gaya lo Jakarta banget kalo ngomong?” tanya Dicky.
“Nggak. Gue asli Surabaya. Cuma suka aja pake logat kayak gini. Lo juga?” kata Michel girang. Merasa ada per­­­samaan antara dirinya dan sang pangeran pujaan.
“Iya, udah kebiasaan sih,” jawab Dicky.
“Berarti SD lo di Surabaya dong?”
“Yup. Di St. Lorent.”
“Hah?? St. Lorent? Kayakna gue pernah denger deh.”
Eh..? mungkin..
Nggak ah.. Masa sih..?
“Anak-anak, ayo tenang! Kita mulai pelajarannya!” perintah Bu Guru membuat perkenalan Mizanti dan Dicky terhenti di tengah-tengah.
 “Hah? Jadi, cowok baru yang pindah ke sekolah kita itu Dicky?” tanya Rheyna, sambil menyuap bakso ke mulutnya.
“Iya. Jadi, dia bener temen SD kalian, ya?” tanya Michel.
“Yup. Dia kan pernah naksir...,” ucap Rheyna sambil melirik Ika di sebelahnya.
Belum sempat Rheyna meneruskan kata-katanya, cowok yang sedang dibicarakan tiba-tiba muncul di hadapan mereka.
“Eh, lo Priyanka, kan? Bener, kan? Ika, lo tambah cantik aja! Kangen nih gue,” kata Dicky, sambil memandang genit ke arah Ika.
“Apaan sih? Dasar norak! Kamu dari dulu nggak berubah ya? Tetep aja gila!” Ika mengeluh.
“Ada apa sih Ika??” Michel ingin tahu.
“Dari dulu dia suka sama aku. Udah dibilang aku nggak suka, tapi dia masih ngotot.”
Raut muka Mizanti terlihat tidak enak.
“Ya, jelas lah. Kan namanya cinta. Pantang menyerah,” jawab Dicky enteng, sementara Ika kelihatannya sudah sangat kebal dengan pembicaraan seperti ini.
“Udah deh, sana cari tempat duduk lain! Di sini khusus buat cewek, tau!” usir Ika.
“Oke deh, Priyanka-ku yang cantik. Gue ke sana dulu ya,” kata Dicky, sambil memamerkan senyum mautnya. Sayang sekali, semua itu nggak ngefek ke Ika.
Priyanka-ku? Dasar cowok norak! Emang sejak kapan aku jadi milik dia? Batin Ika.
“Jadi” kata Michel setelah sosok Dicky tidak terlihat lagi, “Dicky naksir lo, Ka?”
“Mungkin. Itu cerita SD. Tenang ajalah, Michel, aku nggak suka sama dia kok,” jawab Ika.
“Tenang aja! Tipe Ika bukan yang kayak gitu. Nanti kita berdua pasti bantu kamu biar bisa sama Dicky, gimana?” jawab Rheyna.
Michel tersenyum.
“Thanks ya. Gue bangga jadi temen kalian. Kalian emang baik,” kata Michel. “Lagi pula di sekolah ini Cuma dia yang termasuk tipe gue. jadi, nggak boleh disia-siain.”
“Dasar! Kalo itu sih kan mau-maunya kamu aja! Sama Johan juga cocok kok,” kata Ika.
“Yeee.. Ika, kok Johan lagi sih? Basi deh.”
“Kita semua pasti bakal dukung kamu. Sekarang mendingan kita makan. Jangan ngobrol melulu, nanti keburu bel,” kata Rheyna.
“Iya.. iya.. baksoku masih banyak nih!” tambah Ika.
“Gue juga udah laper banget! Kena pengaruh Dicky kali, ya? Abis dia cakep banget!” seru Michel, dengan mata berbinar-binar.
Mereka bertiga tertawa.
Sementara itu, di sudut lain kantin seorang cowok berpostur tinggi sedari tadi memperhatikan mereka. Tepatnya salah satu dari mereka. Ia memperhatikan Priyanka.
“Jadi, temen kamu yang super-duper aneh itu balik lagi ke Surabaya?” tanya Alex, setelah Ika menceritakan tentang Dicky di mobil, sepulang sekolah.
“Ya, gitu deh. Aku juga nggak nyangka bakal ketemu dia lagi. Lagian, kayaknya Mizanti suka sama dia.”
“Terus..”
“Ya, aku kan nggak mau kalau sampai Michel jealous sama aku.”
“Yee.. ge-er amat sih? Emangnya kamu yakin Dicky masih suka sama kamu?” sindir Alex.
“Mulai deh! Aku kan Cuma cerita!” kata Ika, manyun.
Dasar Alex!
“Iya, iya.. Percaya! Adikku emang laris! Ada aja yang suka dari SD sampai sekarang,” canda Alex.
Sialan!
“Eh, Alex, kamu belum nembak Devina?”
Alex terdiam sejenak, lalu menggeleng.
“Masa sih nembak Devina aja susahnya minta ampun? Kamu udah ngejar dia selama delapan bulan, kan?”
“Mungkin. Non, Vina beda dari cewek yang aku kenal. Kalo dia sama aja kayak cewek-cewek lain, aku nggak akan pernah tertarik sama dia.”
“Perasaan kamu ke dia dalem banget, ya?” tanya Ika.
“Ya gitu deh. Sulit ngejelasinnya.”
“Apa itu yang namanya cinta? Kamu cinta sama dia?”
“Mungkin. Aku juga nggak tau pasti apa itu cinta. Dia selalu jadi nomor satu buat aku,” kata Alex, terlihat serius.
Ika tertegun. Apa perasaan yang ada dalam hati Alex namanya cinta? Sebenarnya apa itu cinta? Sebuah kata ajaib yang sejak zaman nenek moyang tak pernah habis untuk dibahas. Bagaimana sebenarnta rasa cinta itu? Apa perasaan berdebar-debar seperti yang digambarkan dalam komik-komik? Atau perasaan bahagia bersama orang tertentu seperti yang tertulis dalam novel-novel? Apa itu cinta? Ika tak mengeti, tapi ia ingin mengerti.
Devina, cewek ini memang memikat hati Alex sejak dua tahun lalu. Tepatnya, saat mereka pertama kali bertemu. Sebenarnya tak ada yang istimewa dari cewek dengan tinggi 155sentimeter ini. Dia cewek yang bisa dikategorikan “biasa-biasa aja”. Entah mengapa, dengan senyum manis dan keramahan yang dimilikinya, gadis mungil ini sangat berharga bagi Alex.
Mobil merah bernomor L 5 KY itu berhenti tepat di depan rumah berpagar cokelat yang menghadap utara. Ika turun dari sisi kiri mobil dan bergegas menuju kamarnya yang bernuansa merah mudah di sudut lantai dua.
Ika memang suka warna merah mudah. Semua perabotan di dalam kamarnya bernuansakan warna ini. Mulai dari tempat tidur, lemari, sofa, meja belajar, kursi, gorden, sampai hal-hal terkecil sekalioun berwarna merah muda.
Ika menyalakan radionya. Hari Senin pukul dua siang, waktunya Forever Love, acara khusus buat cewek yang ngebahas abis tentang cinta. Ditambah dengan lagu-lagu romantis, curhat-curhat keren, dan kata-kata ajaib tentang cinta, membuat acara se3lama dua jam itu sifatnya wajib bagi Ika.
“Ika, aku mau ngomong nih,” kata Alex, yang tiba-tiba masuk ke kamar Ika.
“Iiihh.. nggak sopan amat sih! Kalo masuk kamar orang ngetok dulu dong! Kenapa?” ucap Ika sedikit ketus karena merasa jam “wajib”-nya terganggu.
“Ya, sori deh!” jawab Alex, sambil duduk di sofa, di sebelah sang adik. “Gini, temen band aku ada yang mau kenalan sama kamu.”
“Temen band? Kok bisa?” tanya Ika kaget.
“Ya, katanya dia lihat kamu tadi.”
“Hah? Siapa sih? Kayaknya aku nggak ketemu siapa-siapa deh!”
“Katanya tadi pagi, waktu dia nunggu aku, dia lihat kamu.” Jawab Alex.
Jangan-jangan.. yang tadi nabrak itu? Apa mungkin? Kata Ika dalam hati
“Ya udah, nggak usah dipikirin. Nanti sore dia kesini. Dandan yang cakep ya, biar nggak bikin malu.”
“Yeee... nggak usah dandan aku kan udah cakep.” Ika nggak mau kalah.
“Percaya deh!”
Ika tertawa. “Ya udah, keluar deh! Aku sekarang mau denger radio dulu!”
“Oke. See you later, my sweet sister.”
Tepat setelah Alex mentup pintu berwarna merah muda itu terdengar suara penyiar dari radio.
“Hi, girls! Ketemu lagi ama DJ Stey di sini. Di Forever Love. Acara khusus buat kamu kaum hawa yang mau tau lebih banyak tentang cinta. Oke first off all, kita denger dulu satu lagu lama but everlasting dari Martina McBride, Valentine.”
Lagu romantis yang satu ini adalah salah satu lagu kesukaan Ika. Nggak heran, Ika ikut menyanyikannyaa perlahaan.
And even if the sun refused to shine.
Even if romance ran out of rhyme.
You would still have my heart until the end of time.
You’re all I need, my love, my Valentine...
“Oke, girls. Kali ini tema kita agak lain dari biasanya. Kalo sebelumnya kita ngobrol terus tentang cinta, kali ini kita akan nyoba ngobrol tentang breakdance. Disini kita udah kedatangan bintang tamu. Namanya Rafael. Rafael cukup piawai menarikan breakdance di Surabaya. Oke deh, segitu dulu aja perkenalannya, entar kita ngobol lebih jauh lagi. Yang pasti, bagi kamu-kamu yang mau nanya-nanya atau request, bisa SMS di 08563367xxx atau telepon di 7312xxx dan 7311xxx. Sebelumnya, Terbaik Untukmu dari Tannga kita putar buat kamu-kamu, para penghuni planet Venus.”
Hah? Breakdance? Kok temanya breakdance sih? Pake bintang tamu cowok, lagi. Katanya acara khusus cewek? Nggak salah nih? Batin Ika.

Katanya acara khusus cewek, kok bintang tamunya cowok sih? –Priyanka-

Ika memencet tombol send. Nggak lama, report di HP-nya berubah delivered. Ya, Ika mengirimkan SMS protesnya ke nomor yang tadi dibacakan DJ Stey.
Hampir dua jam berlalu. Kayaknya SMS dari Ika tidak akan dibacakan on air. Ika yang sama sekali nggak ngerti tentang breakdance mulai bosan mendengarkan obrolan-obrolan yang terdengar asing baginya. Freeze? Windmill? Apaan sih tuh? Emang ada hubungannta sama breakdance ya? Nggak pernah denger deh! Udah gitu, SMS-ku nggak dibacakan, lagi. Kan 350-ku terbuang percuma, gerutu Ika dalam hati. Ia sama sekali tak menyadari, SMS singkat darinya menarik bagi seseorang di seberang sana.
“Okay, girls! Nggak terasa udah dua jam Stey nemenin kamu, sambil ngobrol-ngobrol tentang breakdance. Udah waktunya Stey ninggalin kamu semua. Thanks to Rafael for the time. Terakhir, I Knew, I Loved You dari Savage Garden akan Stey puterin. Seperti biasa, sebelum Stey pamit, Stey mau ngasih kata-kata ajaib tentang cinta buat kamu semua. Dengerin yah! ‘Cinta bukanlah bahagia. Cinta sama sekali tidak sama dengan bahagia, Karena cinta lebih dari itu’. See you next week. Bubye..”
I knew I loved you before I met you, I think I dreamed you into life....
I knew I loved you before I met you, I have been waiting all my life....”



To Be Continued =)
tunggu part selanjutnya =)
Thanks for reading
Gbu all

*jangan lupa follow @HeartSmash4eva ya=)*