Minggu, 29 Januari 2012

#2 I Heart You Manyunku


Ini adalah fanfiction kedua dari @HeartSmash4eva karangan adminP @PrincesaBala2. semoga kalian suka..
sebelumnya, maaf kalo ada tulisan-tulisan yang salah. dan ini cuma karangan ya. =)


---

Part2


Suara gitar, bas, organ, dan drum menyatu serta menggema dari ruangan di lantai empat SMA Kr. Petra 1. So pasti suara itu bersumber dari Waved Band *bandnya Alex and the gank* yang sedang latihan.
Ika berjalan ragu menuju ruangan yang semakin berisik sambil mengomel dalam hati.
Sialan banget si Alex! Masa bisa-bisanya aku disuruh pulang bareng Rico sih? Mentang-mentang dia ada urusan, aku ditelantarin! Rico emang baik sih, tapi kan aku baru aja kenal sama dia kemarin sore. Masa udahnumpang pulang segala? Kan nggak sopan banget!
“Eh, Ika. Tunggu bentar ya, aku ambil tas dulu.” Kata Rico, yang tiba-tiba keluar sebelum Ika sempat mengetuk pintu.
“Oh, ya..” jawab Ika pelan. Duh, malu banget nih!
Beberapa saat kemudian, Ika dan Rico sudah dalam perjalanan pulang. Mercedez Benz Z3 yang ditumpangi kedua remaja yang baru saja berkenalan ini bisa dibilang sangat nyaman. Ika hampir saja ketiduran, padahal lama perjalanan Cuma lima belas menit.
“Ika, kita hampir sampe!”
“Ah, ya. Eh, ini rumah siapa?” tanya Ika kaget, menyadari rumah yang ditunjuk Rico bukan rumahnya.
“Lho, emangnya Alex nggak bilang ya? Kamu sementara di rumahku dulu. Soalnya di rumahmu nggak ada orang. Entar jam lima, Alex jemput kok. Jadi, kamu nunggu dia di rumahku aja.”
Apa? Sialan banget si Alex.. Masa adiknya yang berharga ini dititipin ke orang lain sih? Nggak sopan banget! Kalo ada apa-apa gimana? Awas kalo ketemu di rumah nani! Dasar kakak nggak tau diri!
Mau gimana lagi? Dengan pasrah akhirnya Ika mau juga masuk ke rumah bercat putih itu.
Rumah Rico sangat luas dan mewah. Hampir semua perabotannya dari kayu jati asli. Seperti kursi ruang tamu yang diduduki Ika saat ini, di sana-sini terdapat berbagai macam ukiran yang nggak jelas bentuknya. Pokoknya, kelihatan berseni banget! Belum lagi lukisan-lukisan yang terpajang di setiap sisi tembok. Satu hal lagi yang menjadi puncak kemewahan rumah ini, di taman belakang ada kolam renang besar dengan panpan luncur pada salah satu ujungnya.
Bener-bener rumah yang super mewah , pikir Ika.
“ika, masuk dulu yuk! Aku kenalin sama sepupuku” ajak Rico, sebelumnya Ika menikmati pemandangan rumah itgu.
“Iya.” Kata Ika, sambil mengikuti Rico ke ruangan besar di lantai dua. Rico membuka pintu ruangan besar itu.
Pandangan Ika menyapu ruangan berukuran 10x9 meter itu. Di atas karpet berwarna itam-putih tampak dua cowok sedang menari breakdance. Cowok yang satu sedang sibuk dengan kertas-kertas bergambar. Sementara di sudut sofa merah, seorang cowok sedang duduk sambil memainkan gitar.
“Reza, ini Ika.” Salah satu dari cowok yang sedang breakdance itu menghentikan kegiatannya dan berjalan mendekati Ika.
“Ini Reza, sepupu aku.” Rico mengenalkan sepupunya, yang saat itu mengenakan kaus merah.
“Hai, aku Reza. Mereka temen-temenku. Yang itu namanya Rafael.” Kata Reza, sambil menunjuk cowok berbaju kuning yang tadi lompat-lompat di sebelahnya.
“yang duduk di sofa itu Ilham adikku, sama Rangga.” Kata Reza lagi, menunjuk dua cowok yang tadi sibuk dengan kertas-kertas bergambar.
“Kalau yang di ujung duduk di sofa merah sama itu namanya Bisma. Dia yang paling jago di antara kita.” Kata Rico lagi. Cowok itu hanya tersenyum sambil memamerkan deretan giginyayang di behel alias di kasih pager.
“Jago?” komentar Ika pelan.
“Ya, sepupuku ini suka banget sama yang namanya breakdance.. terus mereka buat group dance, yang namanya Heartbreaker. Ketuanya Rafael. Soalnya dia yang paling dewasa.” Kata Rico.
Breakdance? Rafael? Heartbreaker? Kok kayaknya familiar banget ya?? Jangan-jangan.. Apa mungkin??
“Ika, duduk sini dulu. Masa kamu mau berdiri di pintu terus sih??” kata Rico, sambil menunjuk tempat kosong di sofa biru di ujung. Tepat di sebelah cowok bernama Rafael.
Ika berjalan perlahan dan akhirnya duduk di sebelah Rafael. Kalau diperhatikan dengan seksama, cowok berambut jabrik di sebelah Ika ini mirip banget sama penyanyinya Cola Float. Bahkan kayaknya kembarannya.
“Aku ambilin minum dulu ya, Ka!”
“Kami juga mau. Coca-cola enam ya!” kata Reza.
“Oke.”
Di ruangan seluar sembilan puluh meter ini kini ada Ika dan lima cowok asing yang baru aja dikenalnya. Beruntung banget dia, mereka tampaknya ramah dan baik.
“Nama kamu Priyanka?” tanya Rangga.
“Ya.” Jawab Ika malu-malu.
“Keren bangert!” kali ini Bisma ikutan nimbrung.
“Panggilannya apaan??’ tanya Rangga lagi.
“Ika” kata Ika.
“Eh, aku udah nemuin formasi baru nih!” kata Ilham
“Mana? Mana?” kedua cowok tadi langsung menghampiri Ilham yang sedang duduk di sofa merah. Mereka mengamati kertas-kertas dengan antusisas.
“SMS kamu unik banget,ya?”Rafael, cowok di sebelah Ika, tiba-tiba berkomentar.
“Eh?”
“Aku ngomong sama kamu. Kamu kan yang waktu itu kirim SMS ke radio?” Rafael tersenyum. Waa.. ada lesung pipiiiinya. Manisssss bangett..hah? Jadi.. ya ampun..! jadi beneran dia..
“Jadi, kamu yang waktu itu bintang tamu di radio?” tanya Ika, tak percaya pada kebetulan ini.
“Ya.”
“Kok tau aku yang ngirim?” tanya Ika lagi.
“Ya, aku nebak aja. Lagian, yang punya nama Priyanka di Surabaya kayaknya Cuma kamu deh. Namamu itu kan jarang banget ada.”
“Oh! Jadi SMS-ku waktu itu nyampe? Sori banget, nggak ada maksud apa-apa kok. Cuma ngerasa aneh aja, masa..”
“Udah, nggak apa-apa, lagi.” Kata Rafael.
“Umm.. Kok nggak ikut latihan??” tanya Ika.
“Entar aja, masih capek” lagi-lagi Rafael tersenyum. Ika pin juga ikut tersenyum.
“Eh, kamu juga ada lesungnya ya.. wah.. ada dua lagi..” kata Rafael.
“Eh? iya.. hehe..” kata Ika malu-malu.
“Nih, coca-colanya. Siapa yang mau?” Rico, masuk ruangan sambil membawa tiga botol besa coca-cola, jelas saja kedatangannya mengganggu percakapan antara Ika dan Rafael.
“There’s something ‘bout the way ypu look tonight
There’s something ‘bout the way that I can’t take my eyes off you..”

Lagu The Way dari Clay Aiken mengalun dari CD-player milik Ika.
Tok..tok..tok.. pintu kamar Ika diketuk, membuyarkan keasyikan Ika yang sedang dengerin lagu.
“Non, ganggu nggak?”
“Eh, nggak, masuk aja.” Jawab Ika.
Setelah masuk, Ales mengambil posisi duduk tepat di sebelah Ika.
“Tadi aku udah ngungkapin semua ke Vina..”
“That you love her?”
“He-eh.” Alex mengangguk.
Jadi ini yang disebut alex sebagai “urusan penting yang mendadak” batin Ika.
“Padahal” lanjut Alex, “aku sayang banget sama dia. Aku sama sekali nggak mau nyakitin dia. Apa pun bakal aku lakuin untuk bikin dia bahagia.”
Ika memandang lembut kakaknya.
“Alex, aku memang belum pernah ngerasain yang namanya cinta. Menurutku, cinta bukan Cuma butuh diungkapkan, tapi juga butuh dibuktikan. Mungkin Vina udah tau kamu suka sama dia, tapi dia belum yakin. Dia takut perasaanmu baka berubah suatu saat nanti. Vina pasti nggak mau sakit hati, kan? Kalau begitu kasih bukti ke Vina kamu bakal tetep sayang dia, apa pun yang terjadi. Seorang cewek yang tidak peka sekalipun, pasti akan merasa ada seorang yang dengan tulus mencintainya bila berada di dekat orang itu.” Kata Ika lagi, mengutip satu kalimat yang ia ambil dari salah satu novel yang pernah dibacanya.
“Cieee.. Kayaknya sekarangkamu tambah dewasa, ya?” goda Alex.
“Apaan sih? Ya, iyalah.. Masa aku harus kecil terus sih?”
“Iya deh. Thanks.. kamu bener-bener adik aku yang asyik. Nggak salah kalau Rico akhirnya naksir kamu.”
“Alexxxxx!! Awas kamu kalo macem-macem..!!” Ika bangkit mengejar Alex yang sudah terlebih dulu keluar, menghindari cubitan sadis adik semata wayangnya.
Ika kembali merebahkan tubuhnya di ranjang. Cesa sudah punya pacar. Kelihatannya Cesa dan Morgan saling mencintai. Itu semua terbukti dari sedikitnya frekuensi mereka bertengkar. Alex juga sebentar lagi*kalau bisa* jadian sama Vina. Kenapa mereka sudah ngerasain yang namanya cinta, sedangkan aku nggak ya? Batin Ika. Apa yang salah dari aku? Apa aku memang belum cukup umur? Aku sih berharap bisa pacaran sambil mengenakan seragam SMA. Seperti di komik-komik Jepang. Kan kelihatan keren!
Kata Cesa, cinta nggak bisa ditebak. Cinta bisa datang maupun pergi kapan pun. Datangnya juga tiba-tiba, tanpa ada perencanaan atau konfirmasi terlebih dulu. Kita tidak akan pernah bisa memilih orang yang bakal kita cintai. Saat cinta datang, kita hanya akan menerimanya saja karena cinta telah memilik yang terbaik untuk kita.
Sepertinya cinta bener-bener perasaan yang unik,ya? Andai aku bisa segera merasakannya. Cinta.. cinta.. cinta.. tiba-tiba...
Tit..tit..tit.. Ika tersentak dari lamunannya.
Hp ika yang terletak di atas bantal berbentuk hati mengeluarkan bunyi, tanda SMS masuk.
Hai, ini Priyanka? Ini Rafael. Lg ngapain?
Rafael?? Rafael yang mana?? Eh.. jangan-jangan..
Ini Rafael temennya Reza? Emg tau no hp-ku drmn?

Masa kmu lupa? Sejak kmu SMS ke radio waktu itu, nomor hp kmu selalu tersimpan rapi di phonebook-ku. Hehe.. Lg ngapain?

Ya, Tuhan! Jadi, bener ini Rafael yang waktu itu. Kenapa dia tiba-tiba SM aku ya? Pikir Ika.
Panggil Ika aja. Lg dengerin CD. Kmu sndri ngapain?
Percakapan via SMS itu pun terus berlanjut, hingga malam menjadi larut dan kedua pasang mata Ika mulai mengantuk.
Saat itu Ika tidak tau, SMS singkat dari Rafael itu akan menjadi awal dari perubahan besar dalam hidup Ika. Suatu awal gelak tawa, kebahagiaan, kepedihan, dan air mata. Langkah awal menuju kedewasaan...
“Pagi, Ika.” Sapa Rico.
“Hei! Pagi juga. Nungguin Alex? Tuh lagi di parkiran, bentar lagi masuk. Duluan ya Ric!”
“Ya” jawab Rico, setelaah terdiam sejenak.
Ika berjalan perlahan menuju kelasnya di lantai tiga, di sana Dicky sudah sejak tadi menunggunya di depan kelas.
“Pagi, cantik!” sapa Dicky.
“Jayus, tau!” balas Ika ketus, seperti biasanya.
“Eh, galak amat sih? Nggak apa-apa deh. Justru itu yang aku suka dari Priyanka-ku yang cantik.”
“Priyanka-ku? Gila kamu kumat ya, Dick? Kok nggak sembuh-sembuh sih?” jawab Ika, sambil berjalan lagi menuju kelasnya.
“Kamu kenal Rafel ya?” Dicky melontarkan pertanyaan.
Langkah Ika terhenti begitu mendengar nama itu. Entah rem jenis apa yang membuatnya berhenti dengan begitu sempurna.
“Rafael? Emang kenapa? Kamu juga kenal?” Ika menoleh memandang Dicky.
“Dia sepupuku, honey. Kemarin dia cerita kalo dia ketemu kamu.”
Ika tak berkomentar.
“Kenapa? My honey kaget ya?”
“Yup. Soalnya kalian sama sekali nggak mirip.” Kata Ika asal.
“Ika, kelihatannya dia naksir kamu deh. Susah nih punya cewek cakep! Nambah lagi sainganku.” Dicky menatap “agak” genit.
Ika tidak menanggapi dan terkesan tidak peduli, lalu masuk ke kelas.
“Langsung pulang, Ika?” tanya Rhey, setelah bel tanda pulang sekolah berbunyi nyaring.
“Yup. Tugas biologi tinggal di-print, kan?”
“He-eh. besok kan dikumpilin, jangan lupa dibawa.”
“Beres, bos! Tenang aja. Duluan ya, entar Alex ngomel lagi kalau aku telat keluar.”
“Okeeee..’
Ika berjalan menuju gerbang sekolah, tempat Alex biasa menunggunya. Entah mengapa, tidak seperti hari-hari sebelumnya, Alex tidak ada di sana. Sebagai gantinya, ada cowok berseragam SM langsung tersenyum begitu melihatnya.
“Rafael? Ngapain di sini?”
“Tadi aku ada urusan bentar di sini. Sekarang udah selesai. Aku antar kamu pulang ya? Nggak apa-apa kan?” ajak Rafael.
“Alex udah nunggu dariii..” sebelum Ika sempat melanjutkan kata-katanya, HP di saku Ika bergetar
Ika, aku masih latian di atas. Km pulangnya ama tmn aja ya! =)
Sebuah SLK biru melaju cukup kencang di jalan raya. Yang duduk di belakang kemudi seorang cowok berambut jabrik, dan tepat di sebelahnya duduk cewek cantik yang sedang sibuk mengutak-atik HP-nya.
“Lagi sibuk nih?” tanya Rafael.
“Eh, nggak kok. Nggak ada apa-apa.” Ika pura-pura cuek. Sebenarnya hal itu dilakukannya hanya untuk menenangkan hatinya yang sedang berdegup kencang.
Entah mengapa, degup jantung Ika seolah tak mau berhenti. Berdetak kencang tak dapat dikontrol. Ada apa ini? Aneh, ia tak pernah merasakan iini sebelumnya.
Cowok di sebelah Ika terlihat sempuna. Tatapan matanya tajam, hidungnya mancung, ditambah dengan senyum manisnya yang memesona. Apa hanya karena itu jantung Ika jadi berdegup kencang seperti ini? Ataukah ada hal-hal lain yang membuatnya*untuk yang pertama kalinya* jadi salah tingkah? Ada apa sebenarnya?
Setelah kurang-lebih tiga menit, keheningan mulai ter-pecah. Obrolan dan gurauan Rafael membuat Ika merasa nyaman berada di mobil itu. Ia mulai merasa cocok dengan cowok yang baru saja dikenalnya kemarin sore. Rafael. Ya, Rafael. Cowok pertama yang membuat Ika merasa begitu nyaman. Begitu dekat, seperti teman lama. Perjalanan mereka jadi tak terasa, jarak yang seharusnya ditempuh 20 menit terasa sekejap saja.
“Thanks ya, Raf..”
“Oke, sape besok.” Begitu Ika turun dari mobilnya, Rafael tancap gas dan melaju kencang.
Ika melihat mobil yang dikendarai Rafael menghilang dari pandangan.
Besok? Emang besok ada acara apa? Masa dia mau nganteraku pulang lagi? Ah, nggak mungkin banget. Nggak usah ngarep deh!
Ika menyapa Cesa yang sedang embaca majalah, lalu naik menuju kamarnya, berganti baju, dan mencoba untuk tidur. Sepertinya ia harus begadang malam ini karena tugan biologi sudah menanti di depan mata.
Ika berusaha memjamkan mata, tapi kejadian barusan kembali berkelebat di benaknya. Rafael, kenapa tiba-tiba dia ada di sekolah tadi? Kenapa dia tiba-tiba mau nganter aku pulang? Aku kok bisa-bisanya percaya sama dia? Aku kan baru kenal dia kemarin. Kenapa dia sama sekali nggak terasa asing buat aku? Apa aku emang pernah kenal dia sebelumnya? Hati ini terasa begitu dekat...
Akhirnya, belum semenit Ika berpikir, ia sudah tertidur. Menuju alam mimpi yang indah.
aku berjalan dengan sayap putih yang sangat indah di belakang tubuhku. Menyusuti jalan setapak yang ku tak tahu hendak ke mana tujuannya. Lalu, aku melihatmu. Pandangankiu tak henti hanya kepadamu. Tak jelas siapa sebetulnya dirimu, terlaluawam buatku. Yang aku tahu, saat kau menoleh dan melihatku, kau tersenyum padaku. Senyum yang indah. Sangat indah. Serasa merasuk ke dada dan membuat hati ini terasa hangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar