sebelumnya, maaf kalo ada tulisan-tulisan yang salah. dan ini cuma karangan ya. =)
---
Part1
“Ika, bangun! Udah siang nih!”
Hening.
“Ika!!”
Tetap hening.
Tetap hening.
“IKA!! KAMU MAU SEKOLAH ATAU NGGAK?”
“M,.. Iya, iya.. Aku bangun,” kata Ika pada akhirnya, lalu bergegas menuju kamar mandi.
Nama gadis yang baru bangun ini Priyanka. Karena nama yang sulit diucapkan itu, ia biasa di panggil Ika. Ya, supaya terkesan lebih simpel saja.
Gadis SMA berambut panjang ini dianugrahi wajah cantik, bahkan sangat cantik. Rambut lurusnya yang kecoklatan semakin membuatnya menarik. Saat ia tersenyum sepasang lesung pipit akan muncul, menambah pesona kemolekan yang di pancarkannya.
Walau cantik, Ika belum juga punya pacar. Tepatnya, selama 15 tahun hidupnya, Ika belum pernah pacaran. Bagi Ika, sampai saat ini belum ada cowok yang bisa membuat hatinya berdebar, seperti yang dirasakan pemeran wanita dalam komik-komik atau novel kesukaannya bila sedang jatuh cinta. Jadi, jika salah satu dari sekian banyak cowok yang mengejar Ika akhirnya memberanikan diri menyatakan cinta, dengan tegas ia akan menolaknya.
“Ika, cepetan! Alex udah nunggu dari tadi tuh!” panggil Princesa dari lantai bawah.
“Iya, ini aku turun. Berangkat dulu ya, Ces!” pamit Ika, sambil melambaikan tangan ke arah Princesa.
“Ya. Ati-ati!” jawab Princesa, membalas lambaian tangan Ika.
Princesa adalah kakak tertua Ika. Princesa biasa di panggil Cesa. Karena orangtua mereka tinggal di luar negeri, Cesa-lah pengganti orangtua bagi Ika. Mahasiswi Universitas Widya Mandala fakultas perhotelan ini merupakan sosok kakak yang cukup ideal. Jadi, nggak heran kalau Morgan, pacar Cesa selama lima tahun, nggak ada bosan-bosannya mendampingi cewek berambut coklat disemir ini.
Sekarang kita beralih ke cowok keren yang sedang asyik menyetir Sellica merah di sebelah Ika. Namanya Alex, umurnya 17 tahun. Alex adalah kakak Ika yang nomor dua. Cowok ini cukup populer di sekolah. Selain menjabat ketua OSIS, cowok tinggi yang jago three points ini masuk tim inti basket dan gitaris band sekolah yang dibentuknya dua tahun lalu. Walau kelihatan supersibuk, Alex masih sangat perhatian pada adik satu-satunya ini. Ika amat bangga pada kakaknya yang satu ini.
“Kamu turun dulu sana, aku mau parkit.”
Ika turun tepat di depan gerbang SMA Kr. Petra 1, tempat yang sudah sejak satu minggu yang lalu menjadi sekolahnya.
Tiba-tiba, braakk...! seorang cowok berpostur tinggi menabrak Ika hingga tas berwarna pink yang dibawanya terlempar ke lantai.
“Sori, aku nggak sengaja,” cowok itu meminta maaf.
“Mm, nggak apa-apa.” Ika tersenyum, lalu mengambil tasnya dan berjalan menuju kelas, sementara si cowok masih berdiri mematung memandangi sosok Ika dari jauh.
“Ika! Rhey! Lo tau nggak? Di kelas gue ada cowok pindahan dari Jakarta!” kata Mizanti cepat, tepat setelah Ika duduk di kursinya.
“Tau dari mana?”
“Gue tau dari Johan. Dia dikasih tau Bu Enny. Katanya orangnya cakep, bo!” celoteh Mizanti. “Akhirnya, di kelas gue ada juga cowok yang cakep!”
“Emangnya Johan kurang cakep, Michel? Dia kan kelihatannya suka sama kamu,” kata Ika.
“Ya ampun, Ika! Johan emang lumayan, tapi bukan tipe gue. duh, gue jadi penasaran nih sama anak baru itu.”
“Emang kamu niat banget ya pingin ketemu?” tanya Ika.
“Ya, iya lah. Kalo beneran cakep, gue mau jadi pacarnya!”
“Yee.. Daripada sibuk penasaran sama anak baru itu, mendingan ganti tuh logat Jakarta-mu. Kamu kan orang Jambi, masa ngomongnya pake lo-gue gitu sih?” kata Rheyna.
“Rhey, Rhey.. kan biar gaul gitu.. biar modern gitu.. Pokoknya, gue udah incer tuh cowok. Dilarang nyerobot, ya!”
“Oke deh.. tenang aja. Kami berdua nggak akan tertarik kok,” jawab Rheyna santai, seolah temannya yang satu ini sudah benar-benar jatuh cinta pada cowok yang entah bernama siapa itu.
Obrolan asyik mereka terpaksa berhenti karena bel masuk berbunyi.
“Yok deh.. Gue masuk kelas dulu. Udah nggak sabar nih!” Mizanti nyengir.
“Ya udah. Daaah, Michel!” ujar Rheyna dan Ika berbarengan.
Rheyna dan Mizanti adalah sahabat Ika. Rheyna, biasa dipanggil Rhey, berasal dari Samarinda ini, termasuk cewek yang kalem dan sabar. Cewek berambut panjang ini sering dijadikan penengah sekaligus penasihat di antara mereka bertiga. Mizanti, biasa dipanggil Michel, katanya lebih modern. Ia juga terkenal dengan logat Jakarta-nya yang kental banget, padahal dia orang Jambi. Nggak nyambung banget, kan? Bagaimanapun sifat mereka, mereka tetap teman yang terbaik bagi Ika.
Priyanka dan Rheyna sekelas 1-2. Kelas mereka di lantai tiga, dan bisa dibilang cukup strategis karena berbatasan langsung dengan beranda yang menghadap ke lapangan basket. Jadi, para siswi di kelas ini dapat menghilangkan rasa bosan di waktu istirahat mereka dengan memandangi cowok-cowok keren yang sedang bermain basket.
Sedangkan Michel di kelas sebelah, 1-3. Kelas yang para penghuninya sedang sibuk membicarakan cowok pindahan baru.
“Nama saya Dicky,” cowok yang menjadi buah bibir ini memperkenalkan diri di depan kelas.
“Kamu boleh duduk. Di belakang Michel masih ada tempat kosong. Coba kamu kesana,” pinta Bu Enny, wali kelas 1-3.
“Baik, Bu,” jawab Dicky, sambil berjalan menuju bangku kosong tepat di belakang Michel. Jantung Mizanti berdegup kencang.
“Hai! Lo siapa?” sapanya pada cewek yang duduk di depannya, yang tak lain dan tak bukan adalah Michel.
“Hai juga. Gue Mizanti, panggil aja Michel,” jawab Michel cepat, terkagum-kagum pada ketampanan cowok baru ini. “Ehm, Dick, kenapa lo pindah ke Surabaya?” Michel memberanikan diri memulai percakapan.
“Gue sih asli Surabaya. Cuman waktu SMP gue pindah ke Jakarta. Sekarang balik ke Surabaya lagi,” jawab Dicky, sambil tersenyum lebar. Sekali lagi Michel tersepona eh terpesona.
“Lo orang Jakarta? Kok gaya lo Jakarta banget kalo ngomong?” tanya Dicky.
“Nggak. Gue asli Surabaya. Cuma suka aja pake logat kayak gini. Lo juga?” kata Michel girang. Merasa ada persamaan antara dirinya dan sang pangeran pujaan.
“Iya, udah kebiasaan sih,” jawab Dicky.
“Berarti SD lo di Surabaya dong?”
“Yup. Di St. Lorent.”
“Hah?? St. Lorent? Kayakna gue pernah denger deh.”
Eh..? mungkin..
Nggak ah.. Masa sih..?
“Anak-anak, ayo tenang! Kita mulai pelajarannya!” perintah Bu Guru membuat perkenalan Mizanti dan Dicky terhenti di tengah-tengah.
“Hah? Jadi, cowok baru yang pindah ke sekolah kita itu Dicky?” tanya Rheyna, sambil menyuap bakso ke mulutnya.
“Iya. Jadi, dia bener temen SD kalian, ya?” tanya Michel.
“Yup. Dia kan pernah naksir...,” ucap Rheyna sambil melirik Ika di sebelahnya.
Belum sempat Rheyna meneruskan kata-katanya, cowok yang sedang dibicarakan tiba-tiba muncul di hadapan mereka.
“Eh, lo Priyanka, kan? Bener, kan? Ika, lo tambah cantik aja! Kangen nih gue,” kata Dicky, sambil memandang genit ke arah Ika.
“Apaan sih? Dasar norak! Kamu dari dulu nggak berubah ya? Tetep aja gila!” Ika mengeluh.
“Ada apa sih Ika??” Michel ingin tahu.
“Dari dulu dia suka sama aku. Udah dibilang aku nggak suka, tapi dia masih ngotot.”
Raut muka Mizanti terlihat tidak enak.
“Ya, jelas lah. Kan namanya cinta. Pantang menyerah,” jawab Dicky enteng, sementara Ika kelihatannya sudah sangat kebal dengan pembicaraan seperti ini.
“Udah deh, sana cari tempat duduk lain! Di sini khusus buat cewek, tau!” usir Ika.
“Oke deh, Priyanka-ku yang cantik. Gue ke sana dulu ya,” kata Dicky, sambil memamerkan senyum mautnya. Sayang sekali, semua itu nggak ngefek ke Ika.
Priyanka-ku? Dasar cowok norak! Emang sejak kapan aku jadi milik dia? Batin Ika.
“Jadi” kata Michel setelah sosok Dicky tidak terlihat lagi, “Dicky naksir lo, Ka?”
“Mungkin. Itu cerita SD. Tenang ajalah, Michel, aku nggak suka sama dia kok,” jawab Ika.
“Tenang aja! Tipe Ika bukan yang kayak gitu. Nanti kita berdua pasti bantu kamu biar bisa sama Dicky, gimana?” jawab Rheyna.
Michel tersenyum.
“Thanks ya. Gue bangga jadi temen kalian. Kalian emang baik,” kata Michel. “Lagi pula di sekolah ini Cuma dia yang termasuk tipe gue. jadi, nggak boleh disia-siain.”
“Dasar! Kalo itu sih kan mau-maunya kamu aja! Sama Johan juga cocok kok,” kata Ika.
“Yeee.. Ika, kok Johan lagi sih? Basi deh.”
“Kita semua pasti bakal dukung kamu. Sekarang mendingan kita makan. Jangan ngobrol melulu, nanti keburu bel,” kata Rheyna.
“Iya.. iya.. baksoku masih banyak nih!” tambah Ika.
“Gue juga udah laper banget! Kena pengaruh Dicky kali, ya? Abis dia cakep banget!” seru Michel, dengan mata berbinar-binar.
Mereka bertiga tertawa.
Sementara itu, di sudut lain kantin seorang cowok berpostur tinggi sedari tadi memperhatikan mereka. Tepatnya salah satu dari mereka. Ia memperhatikan Priyanka.
“Jadi, temen kamu yang super-duper aneh itu balik lagi ke Surabaya?” tanya Alex, setelah Ika menceritakan tentang Dicky di mobil, sepulang sekolah.
“Ya, gitu deh. Aku juga nggak nyangka bakal ketemu dia lagi. Lagian, kayaknya Mizanti suka sama dia.”
“Terus..”
“Ya, aku kan nggak mau kalau sampai Michel jealous sama aku.”
“Yee.. ge-er amat sih? Emangnya kamu yakin Dicky masih suka sama kamu?” sindir Alex.
“Mulai deh! Aku kan Cuma cerita!” kata Ika, manyun.
Dasar Alex!
“Iya, iya.. Percaya! Adikku emang laris! Ada aja yang suka dari SD sampai sekarang,” canda Alex.
Sialan!
“Eh, Alex, kamu belum nembak Devina?”
Alex terdiam sejenak, lalu menggeleng.
“Masa sih nembak Devina aja susahnya minta ampun? Kamu udah ngejar dia selama delapan bulan, kan?”
“Mungkin. Non, Vina beda dari cewek yang aku kenal. Kalo dia sama aja kayak cewek-cewek lain, aku nggak akan pernah tertarik sama dia.”
“Perasaan kamu ke dia dalem banget, ya?” tanya Ika.
“Ya gitu deh. Sulit ngejelasinnya.”
“Apa itu yang namanya cinta? Kamu cinta sama dia?”
“Mungkin. Aku juga nggak tau pasti apa itu cinta. Dia selalu jadi nomor satu buat aku,” kata Alex, terlihat serius.
Ika tertegun. Apa perasaan yang ada dalam hati Alex namanya cinta? Sebenarnya apa itu cinta? Sebuah kata ajaib yang sejak zaman nenek moyang tak pernah habis untuk dibahas. Bagaimana sebenarnta rasa cinta itu? Apa perasaan berdebar-debar seperti yang digambarkan dalam komik-komik? Atau perasaan bahagia bersama orang tertentu seperti yang tertulis dalam novel-novel? Apa itu cinta? Ika tak mengeti, tapi ia ingin mengerti.
Devina, cewek ini memang memikat hati Alex sejak dua tahun lalu. Tepatnya, saat mereka pertama kali bertemu. Sebenarnya tak ada yang istimewa dari cewek dengan tinggi 155sentimeter ini. Dia cewek yang bisa dikategorikan “biasa-biasa aja”. Entah mengapa, dengan senyum manis dan keramahan yang dimilikinya, gadis mungil ini sangat berharga bagi Alex.
Mobil merah bernomor L 5 KY itu berhenti tepat di depan rumah berpagar cokelat yang menghadap utara. Ika turun dari sisi kiri mobil dan bergegas menuju kamarnya yang bernuansa merah mudah di sudut lantai dua.
Ika memang suka warna merah mudah. Semua perabotan di dalam kamarnya bernuansakan warna ini. Mulai dari tempat tidur, lemari, sofa, meja belajar, kursi, gorden, sampai hal-hal terkecil sekalioun berwarna merah muda.
Ika menyalakan radionya. Hari Senin pukul dua siang, waktunya Forever Love, acara khusus buat cewek yang ngebahas abis tentang cinta. Ditambah dengan lagu-lagu romantis, curhat-curhat keren, dan kata-kata ajaib tentang cinta, membuat acara se3lama dua jam itu sifatnya wajib bagi Ika.
“Ika, aku mau ngomong nih,” kata Alex, yang tiba-tiba masuk ke kamar Ika.
“Iiihh.. nggak sopan amat sih! Kalo masuk kamar orang ngetok dulu dong! Kenapa?” ucap Ika sedikit ketus karena merasa jam “wajib”-nya terganggu.
“Ya, sori deh!” jawab Alex, sambil duduk di sofa, di sebelah sang adik. “Gini, temen band aku ada yang mau kenalan sama kamu.”
“Temen band? Kok bisa?” tanya Ika kaget.
“Ya, katanya dia lihat kamu tadi.”
“Hah? Siapa sih? Kayaknya aku nggak ketemu siapa-siapa deh!”
“Katanya tadi pagi, waktu dia nunggu aku, dia lihat kamu.” Jawab Alex.
Jangan-jangan.. yang tadi nabrak itu? Apa mungkin? Kata Ika dalam hati
“Ya udah, nggak usah dipikirin. Nanti sore dia kesini. Dandan yang cakep ya, biar nggak bikin malu.”
“Yeee... nggak usah dandan aku kan udah cakep.” Ika nggak mau kalah.
“Percaya deh!”
Ika tertawa. “Ya udah, keluar deh! Aku sekarang mau denger radio dulu!”
“Oke. See you later, my sweet sister.”
Tepat setelah Alex mentup pintu berwarna merah muda itu terdengar suara penyiar dari radio.
“Hi, girls! Ketemu lagi ama DJ Stey di sini. Di Forever Love. Acara khusus buat kamu kaum hawa yang mau tau lebih banyak tentang cinta. Oke first off all, kita denger dulu satu lagu lama but everlasting dari Martina McBride, Valentine.”
Lagu romantis yang satu ini adalah salah satu lagu kesukaan Ika. Nggak heran, Ika ikut menyanyikannyaa perlahaan.
“And even if the sun refused to shine.
Even if romance ran out of rhyme.
You would still have my heart until the end of time.
You’re all I need, my love, my Valentine...”
“Oke, girls. Kali ini tema kita agak lain dari biasanya. Kalo sebelumnya kita ngobrol terus tentang cinta, kali ini kita akan nyoba ngobrol tentang breakdance. Disini kita udah kedatangan bintang tamu. Namanya Rafael. Rafael cukup piawai menarikan breakdance di Surabaya. Oke deh, segitu dulu aja perkenalannya, entar kita ngobol lebih jauh lagi. Yang pasti, bagi kamu-kamu yang mau nanya-nanya atau request, bisa SMS di 08563367xxx atau telepon di 7312xxx dan 7311xxx. Sebelumnya, Terbaik Untukmu dari Tannga kita putar buat kamu-kamu, para penghuni planet Venus.”
Hah? Breakdance? Kok temanya breakdance sih? Pake bintang tamu cowok, lagi. Katanya acara khusus cewek? Nggak salah nih? Batin Ika.
Katanya acara khusus cewek, kok bintang tamunya cowok sih? –Priyanka-
Ika memencet tombol send. Nggak lama, report di HP-nya berubah delivered. Ya, Ika mengirimkan SMS protesnya ke nomor yang tadi dibacakan DJ Stey.
Hampir dua jam berlalu. Kayaknya SMS dari Ika tidak akan dibacakan on air. Ika yang sama sekali nggak ngerti tentang breakdance mulai bosan mendengarkan obrolan-obrolan yang terdengar asing baginya. Freeze? Windmill? Apaan sih tuh? Emang ada hubungannta sama breakdance ya? Nggak pernah denger deh! Udah gitu, SMS-ku nggak dibacakan, lagi. Kan 350-ku terbuang percuma, gerutu Ika dalam hati. Ia sama sekali tak menyadari, SMS singkat darinya menarik bagi seseorang di seberang sana.
“Okay, girls! Nggak terasa udah dua jam Stey nemenin kamu, sambil ngobrol-ngobrol tentang breakdance. Udah waktunya Stey ninggalin kamu semua. Thanks to Rafael for the time. Terakhir, I Knew, I Loved You dari Savage Garden akan Stey puterin. Seperti biasa, sebelum Stey pamit, Stey mau ngasih kata-kata ajaib tentang cinta buat kamu semua. Dengerin yah! ‘Cinta bukanlah bahagia. Cinta sama sekali tidak sama dengan bahagia, Karena cinta lebih dari itu’. See you next week. Bubye..”
“I knew I loved you before I met you, I think I dreamed you into life....
I knew I loved you before I met you, I have been waiting all my life....”
To Be Continued =)
tunggu part selanjutnya =)
Thanks for reading
Gbu all
*jangan lupa follow @HeartSmash4eva ya=)*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar