Rabu, 15 Februari 2012

#6 I Heart You Manyunku

Ini adalah fanfiction kedua dari @HeartSmash4eva karangan adminP @PrincesaBala2. semoga kalian suka..
sebelumnya, maaf kalo ada tulisan-tulisan yang salah. dan ini cuma karangan ya. =)


---


Part 6

Michel memandang nanar pemandangan di luar jendela di sisi kiri ruang kelasnya, lalu sejenak memalingkan pandangan ke cowok yang sedang duduk membelakanginya. Tepat di hadapannya.
Memang, harus diakui, sejak pertama mereka bertemu, cowok di depan Michel ini sangat memikat. Tentu saja hal itu dapat dilihat secara fisik. Sepertinya ada alasan lain yang membuat sosok ini sangat istimewa. Michel  tidak tahu persis alasannya. Yang jelas, saat mulut Dicky berkata tentang Ika, hati Michel sangat terluka.
Michel sangat menyadari pesona yang ada pada sosok Ika. Ia selalu merasa tidak sebanding dengan kedua sahabatnya, terutama Ika. Perasaan itu dapat ditepisnya karena fakta bahwa persahabatan mereka utuh sampai sekarang, dan bahwa kedua sahabatnya sangat mengerti dan mau menerima dia apa adanya. Michel merasa bersyukur memiliki Ika dan Rhey sebagai sahabat. Kini, ia harus menyadari bahwa Dicky, orang yang *mungkin saja* dicintainya, sangat mendambakan sahabatnya: Ika.
Sejenak terlintas bayang Ika di matanya. Tentu saja tidak heran begitu banyak cowok yang menyukai Ika. Michel turut bangga oleh kenyataan itu. Sekarang masalahnya, mengapa Dicky j=harus menjadi bagian dari sekelompok orang-orang itu? Mengapa Dicky menyukai Ika? Bukan dirinya? Kadang ia sedikit iri oleh kenyataan ini. Kenyataan di mana ia telah kalah oleh Ika. Kenyataan bahwa Dicky telah lebih dulu menyukai Ika. Bahkan jauh sebelum Michel mengenalnya.
Namun, mungkin ada satu hal yang belum disadari Michel, yaitu kenyataan bahwa dalam cinta tidak ada yang mustahil. Cinta tidak memandang fisik, usia, atau berbagai macam embel-embel yang mungkin pada sebagian besar orang dipentingkan. Cinta lebih dari sekadar perasaan dengan berbagai macam syarat. Cinta adalah suatu yang tulus dan suci. Tanpa embel-embel di belakangnya. Tanpa syarat untuk mendapatkannya. Untuk merasakan cinta, kita hanya perlu membuka diri dan menerima cinta itu dalam hati kita.
Tiba-tiba, entah mengapa, seperti merasa bahwa dirinya sedang dipikirkan oleh cewek di belakangnya, Dicky menoleh ke arah Michel.
"Eh, kenapa?" tanya Michel gugup. Kaget dengan reaksi super mendadak itu. lamunannya buyar seketika.
"Ngelamun, ya?" tanya Dicky.
"Eh, nggak kok. Emang kenapa?"
"Tuh, dipanggil Bu Endah. Disuruh ngerjain nomor tiga."
Aduh, mati gue, batin Michel. Mana tadi sama sekali nggak ndengerin lagi. Duh, gimana nih?
"Nih, pake punya gue. Gue udah kerjain kok." kata Dicky, menawarkan bantuan.
Dicky, Dicky. Seandainya lo tahu.. Kenapa lo mesti sebaik ini sama gue? Gue jadi tambah gimana-gimana nih..
"Cepetan tuh, keburu Bu Endah marah."
"Thanks ya..."
Dicky mengangguk. Tersenyum.

"Ika, Rhey mana?" tanya Michel, menghampiri Ika di kelasnya.
"Ke perpustakaan. Katanya sih mau ngembalikin buku. Kenapa, Mi? Nggak ke kantin? Kata Rhey sih, ntar dia nyusul." jawab Ika.
"Ika, boleh ngomong sesuatu?"
"Ya, iya lah. Masa nggak boleh sih? Ehmm, nggak mau nunggu Rhey dulu?"
Michel menggeleng.
"Cuma kita berdua aja. Nggak apa-apa?"
"Ya, nggak apa-apa lah. Kamu kenapa sih? Kayak orang baru kenal aja. Aku kan sahabat kamu, nggak perlu sungkan, tau!" jawab Ika ringan. Tak menyadari bahwa lawan bicaranya sedang gundah.
"Ika, gue.. gue.. Kayaknya gue beneran suka deh sama Dicky." kata Michel pada akhirnya.
Ika mulai mengerti ke mana arah pembicaraan ini.
"Gue nggak tahu, Ika. Gue sama Dicky sebenernya juga nggak bisa dibilang deket, tapi nggak tahu kenapa.. gue.. gue.." mata Michel mulai berkaca-kaca.
Ika memegang pundak Michel.
"Aku tahu kok kamu mau ngomong apa. Aku juga ngerti perasaan kamu. Jujur, aku bener-bener nggak tahu harus bereaksi bagaimana. Yang kamu harus tahu, aku sama Rheyna selalu ada di pihakmu. That's all. Pokoknya kami bakal dukung kamu mati-matian deh! Kamu tenang aja, ya."
"Lo tau kan, Ika, Dicky suka sama lo. Dia udah sampe cinta mati gitu sama lo. Gue tau gue nggak sebanding sama lo, Ika."
"Heh? Mi, kok kamu ngomong gitu sih? Nggak sebanding apanya? Kita ini udah saling kenal dua tahun lebih. Apanya yang nggak sebanding? Kamu sahabat aku. Aku sayng sama kamu. Kok ngomongnya gitu sih?"
"Iya, Ika. Gue ngerti. Gue juga sebenernya bangga punya temen kayak lo. Ya, tapi, kenyataanya gue kan nggak secantik lo. JAdi, kayaknya nggak mungkin d Dicky bakalan suka sama gue."
"Michel, aku emang nggak tahu apa itu cinta. Aku juga nggak pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta. Yang aku tau, cinta nggak cuma ngandalin fisik. Emang kenapa kalo aku lebih cantik dari kamu atau sebaliknya. Yang penting hati kita. Kamu sekarang harus berusaha buat menangin hati Dicky, dengan cara kamu sendiri. Dengan sosok Michel. Bukan aku, atau yang lainnya. Buat Dicky jatuh cinta sama Michel, sahabatku yang aku kenal. Oke?"
Michel menyeka air mata yang sudah mulai meluncur turun. Terima kasih, Tuhan. Michel bersyukur punya sahabat seperti Ika. Mulai sekarang Michel nggak akan iri dengan segala kelebihan teman-temannya. Ika yang cantik dan supel. Rheyna yang kalem dan ramah. Semua punya kelebihan masing-masing. Persahabatan diciptakan untuk saling melengkapi. UNtuk saling menerima kekurangan dan saling mendukung dalam kelebihan. Istilah kerennya, that's what friends are for..
"Eh, kalian kok nggak ke kantin sih? Nggak laper?" tanya Rhey, yang tiba-tiba sudah berada di antara mereka berdua.
"Nggak. Nanti istirahat kedua aja makannya. Kita kan solider mau nunggu lo." kata Michel.
"Thanks ya, phrenz.. Eh, Mi, tuh dicari Dicky."
Michel menoleh. "Ada apa?"
"Nggak tahu. Dia nanyain kamu ke mana. Di kantin nggak ada kata Dicky."
"Ciee.. Kayaknya Dicky mulai ngerasa kehilangan kamu Michel." goda Ika.
"Apaan sih lo? Nggak mungkin lagi. Aku keluar dulu ya." pamit Michel. Dalam hatinya secerah harapan yang tadi sudah tenggelam muncul kembali. Ya, resolisinya mulai hari ini. Taklukkan hati Dicky, dengan Michel yang seutuhnya. Ya... Mizanti alias Michel bertekad.
Woei, Raf, yang bener dong! Masa baby freeze aja bisa jatuh sih?" omel Bisma, melihat Rafael yang dari tadi seolah tidah konsentrasi latihan.
"Sori, lagi blank nih! Alu istirahat dulu" jawab Rafael, sambil menuju sofa biru favoritnya.
"Lagi mikir apaan sih, Raf? Kok kayaknya nggak konsen gitu." tanya Jessica.
"Emm, nggaklah! Lagi blank ajaa." jawab Rafael, sambil meneguk air botol aqua-nya.
"Jangan-jangan kagi kepikiran cewek kamu itu, ya?" tebak Jessica usil.
Rafael tersenyum misterius.

"Mungkin. Aku udah nggak sabar pengen ketemu dia. Habis latihan ini, kita mau dinner. Udah ah, jadi ngobrol. Aku latihan dulu ya." kata Rafael, meninggalkan Jessica.

"Gila! Gitu dong, baru namanya Rafael!"
"Yup! Windmill kamu beneran keren!"
"Emang biasanya nggak keren??" tanya Rafael dengan gaya sok, sambil mengusap keringatnya. "Oke, gimana konsep lomba kita bulan depan? Udah dapet?"
"Beres! Tinggal nyari kostum aja." kata Rangga. "Eh, aku cabut dulu ya. Mau ngenter Jessica ke ulang tahun temennya."
"Pestanya di mana, Jess?" tanya Bisma.
"Di Moi restaurant. Bukan pesta kok, cuma makan-makan biasa. Ya udah, pergi dulu." pamit Jessica.
"Okay, bye.."
"Kalau gitu, aku juga cabut sekarang aja." kata rafael beranjak berdiri.
"Kok cepet-cepet sih? Emang mau kemana?"
"Biasa." jawab Rafael tersenyum.
"Kata Rico, kamu sama Priyanka lagi deket?" tanya Reza.
"Eh? Priyanka? Kayak pernah denger." seru Ilham.
"Priyanka yang mana nih? Yang ke sini waktu itu? Yang sama Rico itu." imbuh Bisma. "Jadi, kamu sekarang ngejar dia, Raf?"
"Yup, Priyanka yang itu. Nggaklah, kita masih temen aja, walau lumayan deket sih. Aku nggak ada niatan buat ngejar."
"Kamu suka kan?" pancing Ilham.
"Emm, gimana ya? Udah ah, aku cabut dulu. Entar telat nih." kata Rafael, mencoba menghindar dari pertanyaan yang tak bisa dijawabnya.
Ia membuka pintu ruangan, dan menghilang di baliknya.

Ika sekali lagi menatap pentulan dirinya di cermin. Atasan tube top putih ditambah kardigan pink, dipadukan dengan celana tiga perempat berbahan jeans, dan selop berwarna putih sebagai alas kaki. Lumayan, pikir Ika. Kemudian ia menyisir rambut lurusnya, mengikatnya dengan model ekor kuda, dan menambahkan jepit kecil berwarna senada di poni sebelah kanan.
Cause there's something in the way you look at me..
"Halo" kata seorang cewek yang baru saja mengangkat telepon di HPnya.
"Aku udah sampe nih. Apa perlu aku masuk?" kata cowok di seberang sana.
"Gak usah. Ya udah, aku turun ya." kata cewek itu.
"Oke."
cewek itu alias Ika ganti baju. *jangan ngintip!* langsung turun ke atas ya kebawah lah broh.. namanya juga turun. :p
"Ika? Mau pergi?" tanya cowok yang sedang duduk di sofa ruang tamu. cowok itu Morgan, pacar Cesa.
"Eh, iya kak.."
"Mau nge-date ya?"
"Hmm, bisa di bilang sih. hehe.. cuma dinner kok.."
"Sama pacar??"
"Nggak cuma temen.."
"Temen apa temen?? cowok kan??"
"Temen kak.. ya ampunnn.. iya lah masa banci sih?? gak cucok benjetzz.. haha.. duluan ya.. sampein ke Cesa ya.."
"Ok.. Ati-ati.."
Ika langsung keluar nemuin Rafael.
"Sori nunggu.. Udah lama?" kata Ika.
"Nggak kok. Baru aja. Ya udah yukk.." ajak Rafael.
"Yok deh."
selama perjalan sih yaa.. gimana ya?? kasih tau gak ya?? kasih tau deh.. kasian sama pembaca kalo gak di bacain. *eh!* ._.
selama perjalanan pokoknya sampe tempat tujuan entuh bercanda mulu. sampe ngegombal juga ada. tapi sambil bercanda ye.. jangan salah nih.. haha..
"Ika.. bapak kamu..." kata Rafael belom selesai.
"Bapak aku orang." lawak Ika.
"Yeee.. itu aku juga tau kali." kata Rafael yang kayaknya bete di gituin.
"Yahh.. maaf dehh.. lanjutin deh lanjutin." kata Ika.
"males ah.."
"Yee.. jangan ngambek deh.. males juga deh kalo gitu.."
"Yahh.. jangan dong. nggak seru ah. tadi kan aku cuma bercanda sayang.."
"Hah? apa? coba ulangin."
"eitss.. tidak ada siaran ulang."
"kamu ahh.."
"Udah ah.males tau bahas itu mulu.. bapak kamu suka nunggu ya?"
"Kok tauu?? emang kenapa?"
"nebak aja. kagak apa-apa. cuma nanya" kata Rafael sambil melet :p
"Garing.. ._."
"hahahahahahahahahahaaaaaaa...!! udah sampe Ika sayang."
"Oh.. iya.. ya udah yok deh."
Kita sekarang ada diii....... dimana yak?? eh broh, enaknya dimana nih?? si penullis bingung nih.. waaa.. ketauan dong kalo si penulisnya lagi n=bingung. haha.. please deh.. :p baru part ini nih yang ada bercandanya. pret deh. lanjotdah lanjot!
sekarang Ika dan Rafael ada di Boncafe. salah satu retaurant terkenal. gak terkenal-terkenal amat sih. cuma ya mahal aja. ya gak mahal-mahal jugakk.. :D
"Mau pesen apa?" tanya Rafael
"Hmm.. Tenderloin Steak deh.." kata Ika
"Hmm.. Aku juga sama aja deh. haha.." ikut-ikut dek si Rafael.
"Ih, ikut-ikut.. Gak kreatif.. -,-" kata Ika. ngeledek nih ngeledek..
"Biarin.. :p"

Trrt.. trrt.. HP Ika bergetar, tanda SMS masuk.
“Sebentar. Ada SMS. Aku baca dulu ya.” Kata Ika.
Saat mata Ika sibuk melihat kata demi kata di layar HP-nya, Rafael memandang lekat-lekat sosok gadis di hadapannya itu. Muncul getar-getar aneh dalam dada. Gemuruh tak keruan yang membuatnya salah tingakh.
Sejak awal perjumpaannya dengan gadis itu, Rafael sudah merasakan adanya perasaan nyaman yang teramat dalam. Perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelum ini. Tepatnya, sejak kepergian Vita. Namun getaran-getaran ini? Apa ini? Seumur hidup belum pernah ia rasakan hal seperti ini. Apakah ini... Cinta...?
“Emm, kenapa Raf? Kok ngeliatin gitu?” tanya Ika sambil tersenyum.
Rafael yang ditanya dengan senyuman seperti itu, semakin salah tingkah. Debaran dalam dadanya kini semakin tak keruan. Sebenarnya kenapa ini? Aku nggak pernah seperti ini sebelumnya, pikir Rafael.
“Raf?” tanya Ika lagi.
“Eh, nggak kok. Siapa yang SMS?” tanya Rafael, mencoba bersikap wajar.
“Rheyna. Tanya PR fisika.” Jawab Ika.
“Ohh..” Rafael tak tahu harus berkata apa lagi. Ia sibuk menenangkan hatinya yang sedang bergejolak.
Sementara itu, Ika juga mencoba mengalihkan perhatiaan pada layar HP dengan dalih membalas SMS. Sebenarnya, ia juga sibuk menenangkan hatinya yang bergemuruh. Getaran-getaran di dadanya selalu dirasakannya setiap kali ia bersama Rafael. Apalagi saat-saat seperti ini. Saat-saat di mana hanya ada dia dan Rafael. Saat-saat di mana keberadaan Rafael begitu dekat dengannya. Di hadapannya. Kenapa? Ika bingung mencari jawabannya. Ia merasa bahagia, sekaligus gelisah. Jantungnya serasa mau meledak karena terkesan berdetak terlalu cepat. Apa ini? Perasaan apa ini?
“Silahkan” pramusaji tadi meletakkan pesanan mereka di atas meja.
“Makasih.” Jawab Ika sambil tersenyum.
SERBUUU!!!! hahahahahahahahahahahaa.. :p

"Thanks ya buat hari ini." kata Rafael sesampainya di rumah Ika.
"Sama-sama.." kata Ika.
"Lain kali mau ya temenin lagi?"
"Hmm.. liat-liat deh. haha.."
"Ihh.. :p"
"Apa deh.."
"Nanti kangen akunyah kalo nggak jalan cama amu agii.." kata Rafael. Pake gaya lebay dan alay lagi. perasaan sama aja deh lebay sama alay. haha..
"Apa sih kakanyah ini?? kan akunyah mau masuk mau bobok mauuu.." di potong sama Rafael.
"Sstt.. gak tanya sayang.. :p" kata Rafael
"Ha?? sayang?? ya ampunn x_x" Kata Ika sambil tepok jidat :D
"Apa dehh?? ya udah sana masuk! bobok sana.. mimpiin aku kalo bisa." pede banget nih Rafael
"ge-er!"
"Ya udah sana masuk gihh.."
"Iyaaaa kakakkkkk.."


disisi lain, seorang cewek sedang melamun di dalam kamarnya. Yang tak lain adalah Mizanti alias Michel.
dia mengambil diarynya dan mulai menulis.


Dear diary,
Hari ini gue cerita sama Ika, gue ungkapin semua uneg-uneg gue. dan kayanya gue emang beneran jatuh cinta sama Dicky. Dicky, kenapa harus elo? Disaat gue suka sama eleo, kenapa elo malah suka sama Ika? Gue takut kalo Ika malah ngerebut elo dari gue. tapi, gue yakin kalo Ika gak mungkin ngerebut Dicky. Gue percaya sama Ika. Tapi, gue bingung. Di sisi lain gue sayang dan cinta sama Dicky dan gue mau milikn dia seutuhnya. Di sisi lain gue nggak mau saingan sama Ika dan bakal ngancurin persahabatan kita. Gue bingung. Dan gue udah pikirin. Gue percaya banget sama Ika kalo dia nggak akan ngerebut Dicky, walaupun gue tau kalo Ika nggak suka sama Dicky. tapi Dicky suka. ._. pokoknya gue nggak akan nyerah buat dapetin Dicky.


To be continued~
tunggu di part selanjutnya yah..
follow @HeartSmash4eva & @PrincesaBala2 =)
thank you
Gbu =) 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar