Sabtu, 18 Februari 2012

#7 I Heart You Manyunku

Ini adalah fanfiction kedua dari @HeartSmash4eva karangan adminP @PrincesaBala2. semoga kalian suka..
sebelumnya, maaf kalo ada tulisan-tulisan yang salah. dan ini cuma karangan ya. =)



Part 7
Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu..
Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bbisa kau rindu..
Karena langkah merapuh tanpa dirimu..
Karena hati tlah letih..
Aku ingin menjadi sesuatu yang slalu bisa kau sentuh..
Aku ingin kau tau bahwa ku selalu memujamu..
Tanpamu sepinya waktu merantai hati..
Bayangmu seakan-akan..

Setelah menyelesaikan lagu romatis dari Once-Dewa itu, Alex mengambil buket bunga mawar dan menyerahkannya pada cewek manis dihadapannya. Mata cewek itu berkaca-kaca, lalu sedetik kemudian butiran  bening sudah mulai meluncur keluar dari matanya yang indah.
“Alex.. kamu..” cewek itu tak bisa berkata-kata alias speechles. :p
Alex menghampiri lebih dekat, lalu menghapus air mata di pipi gadis itu dengan lembut.
“Aku sayng kamu, Vin.”
Air mata Vina semakin deras.
“Mungkin ini bukan pertama kalinya aku ngomong gitu. Sekali lagi, aku nggak akan pernah bosan. Aku sayang kamu, Devina...”
Alex menyodorkan kembali buket bungan mawar yang sudah ia siapkan tadi ke arah Devina. Vina menerimanya dan menghapus sisa-sisa air matanya, lalu tersenyum manissssss kaya gula.. =)
“Aku juga sayang kamu..” kata-kata itu meluncur keluar dari bibirnya byang kecil.. imuttttttt.....
Alex terpengarah. Tak mengira akan mendengar jawaban secepat itu. Biasanya cewek di hadapannya ini selalu menghindar bila dia mengutarakan perasaannya. *wowww*
“Vina..”
Vina mengecup lembut pipi Alex. *aaa.. co cwiiiitt*
“Aku mau jadi pacar kamu.” Jawabnya mentap.
Tanpa menunggu lagi, Alex segera memeluk cewek mungil yang sudah mengisi hari-harinya sejak dua tahun lalu. Seandainya ini hanya mimpi, Alex rela jika tak harus bangun. *ya amplonn* Ia terus mendekap Vina *nyulik nihh?? wkwkw*, seakan tak ingin melepaskannya, dan membiarkan semua rasa bahagia yang bersarang dalam relung hatinya keluar. Hati Vina pun terasa lega. Ganjalan yang selama ini terpendam lama di dalam hatinya akhirnya terangkat juga. Sekarang, gadis itu sudah memberikan hatinya seutuhnya pada Alex.
Vin, jujur aku nggak nyangka kamu bakal nerima aku. Soalnya selama ini kan...”
Vina menyela ucapan Alex. “Aku Cuma nurutin apa kata hati aku, dan ternyata aku juga sayang sama kamu, Lex..”
Alex tersenyum. Bahagia sekali.
“Aku janji akan menjaga persaan kamu. Nggak akan pernah aku sakiti. Aku janji.” Janji Alex.
Makasih ya, sayang.”
Mereka berpelukan, lama sekali.. “berpelukannnn.. kaya teletubies.. wkwkw* perasaan yang sudah lama terhalang oleh tembok pemidsh bernama keraguan akhirnya lebur juga. Kebahagiaan. Ya, hanya kebahagiaan. Wkwkw..
“Hah?? Kamu nyanyiin lagu buat Vina?? Waw.. sesuatu bangett..” tanya Ika kaget.
“Berarti kalian udah jadian?” tanya Cesa nggak kalah surprised.
Alex tersenyum misterius. Lalu mengangguk.
“Udah, udah. Biasa aja lagi. Yang pasti hari ini aku happy banget. Wkwkw..”
“Kok bisa nembak di depan rumahnya? Apa nggak malu sama tetangga?” tanya Ika.
“Non Ika belum pernah denger yang namanya cinta buta ya?” jawab Aelx bangga, SANGAT BANGGA.
“Bunganya?” tanya Cesa.
“Udah pesen dari dua minggu yang lalu. Satu mawar biru di tengah, yang lainnya mawar pink sama putih. Keren kan.. gue getohhhh.. wkwkw..”
“Pjnya mana??” tantang Ika.
“Itu masalah gampang.. besok ya!” kata Alex
“Waaa.. ajak Rhey sama Michel ya??”
“Apa pun boleh sayangkuhh..”
“Heh! Emang aku Vina apa! Sayang-sayang!”
“Ceilah.. Gitu aja ngambek..”
“Biarinnn.. wekk..” kata Ika sambil berlari meninggalkan Alex. Damn!
“Eh! gitar kamu mana?” tanya Ika.
“Oh ya. Tadi aku kasih satpam kompleks rumah Vina buat kenang-kenangan.”
Hahhhh...?!
Dasar Alex!
“Hahh? Jadi Alex udah jadian sama Devina? Duhh, padahal kan aku berharap Alex mau sama aku?” begitu reaksi Rheyna waktu mendengar cerita Ika.
“Ya mau gimana lagi? Alex emang udah naksir Vina dari dua tahun lalu. Love at first sight katanya” jawab Ika.
“gue nggak nyangka loh Alex cowok yang setia, Ika! Dia kan udah naksir Vina dari kelas satu, sampe sekarang nggak berubah. Gue salut!” Michel ikut bersuara.
Berita tentang Alex yang “jadian” dengan Devina menyebar ke seluruh sekolah. Terutama kaum Venus penggemar Waved dan para cheerleaders pemuja tim basket SMA ini. Mereka menyadari bahwa idola mereka kini sudah bukan milik mereka bersama lagi. Seseorang telah berhasil menaklukkan hati sang idola. Seorang gadis mungil untuk pertama kalinya membuat idola mereka bertekuk lutut. Tentu saja, jenyataan itu membuat hati mereka sedikit “panas”. Ya, walaupun sebenernya mereka juga tidak punya hak terbakar api cemburu. Wkwkwkw..
“Yaaa.. aku patah hati dong! Kan aku termasuk fans berat Waved. Ya, pastinya aku sedikit nggak rela kalo gitarinsnya yang keren itu not single anymore” kata Rheyna.
“Rheyna.. Rheyna.. ckckckc.. kayaknya sekarang kamu harus ganti idola deh! Masih banyak kok anggota Waved yang lain. Tuh, si Rico, vokalisnya, juga lumayan kok! Wkwkw..” saran Ika, walaupun dia tau Rheyna tidak betul-betul cemburu. Hahahahaha..
“Hmm.. en
ggak deh! Cari yang lain aja! wkwkw.."
"Kenapa kok nggak mau sama Rico?" tanya Ika.

"Kayanya dia lebih tertarik sama kamu."
"Eh, kamu kok yakin?"

"Kalo nggak percaya lihat aja ke sebelah kiri kamu. Dari tadi Rico mandangin arah sini. Sudah dapat di pastikan kamo yang di liat itu bukan aku, bukan Michel, tapi kamu!"
Heh..?? Rico..?

“Emang Alex udah ngejar Devina sejak dulu ya?” tanya Rafael, dalam perjalanan pulang.
Ika mengangguk. Rupanya kabar "heboh" ini tidak hanya beredar di kalangan cewek penggemar Alex saja.
"Udah dari kelas satu." jawab Ika. "katanya cinta pada pandangan pertama."
"Emm.. Kamun percaya itu?" tanya Rafael.
"Mungkin.." jawab Ika. "Walaupun belum pernah ngerasain, tapi aku percaya cinta bisa timbul pada pandangan pertama."
"Berarti kita kan belum ngerti sifat-sifatnya. Kalo ternyata sifatnya jelek gimana?" tanya Rafael, membuat Ika bingung. Pasalnya dia memang belum pernah pacaran, apalagi merasakan cinta pada pandangan pertama
"Emmm.. menurutku kalo nantinya kita jadi nggak suka sama oorang karena sifatnya jelek, berarti itu bukan cinta. Yang namanya cinta kan harus bisa nerima kekurangan dan kelebihan."
"Berarti cinta butuh pengenalan dulu, kan?"
Ya ampun, Rafael.. Ngapain tiba-tiba nanya yang beginian?? batin Ika.
"Mungkin. Alex yakin Vina adalah cewek yang dia cinta sejak pertama kali mereka ketemu. Itulah sebabnya, walau berkali-kali ditolak, Alex nggak pernah nyerah. Alex yakin, Vina istimewa dan nggak tergantikan." jawab Ika.
"Kalo kamu, pernah nggak, ada seseorang yang istimewa dan nggak tergantikan?" tanya Rafael kelak. Serius tapi masih terkesan santai.
Auduh.. Mati aku..
Ika menggeleng.
"Jangan tertawa, ya! Jujur sampai sekarang belumada cowok yang istimewa di hati aku. Nggak tau kenapa." jawab Ika malu.
"Banyak yang suka sama kamu, kan? Nggak mungkin sampai sekarang belumada yang nembak kamu."
"Kenapa nggak mungkin?" tanya Ika.
"Ya, kamu kan cantik. Masa sih nggak ada yang suka sama akamu?" tanya Rafael.
"Cantik? Kenapa semua cowok melihat fisik? Emang kenapa kalo aku cantik? Emang kalo aku cantik, aku harus pacaran berkali-kali gitu? Nggak juga, kan? Nggak boleh kalo aku belum pernah pacaran?" cecar Ika, sedikit dengan suara meninggi, tetapi tetap terdengar wajar.
"Nggak kok, aku cuma kget aja. Mungkin emang udah dari sananya cowok selalu melihat fisik lebih dulu. Jadi, nggak bisa disalahin juga."
"Emang kamu kayak gitu? Fisik nomer satu gitu?"
"Kalo aku sih enggak. Namun mana ada cowok yang nggak suka sama cewek cantik? Walaupun untuk ke depannya, sifat lebih diperhitungkan. Males banget kalo ceweknya cantik tapi judes, apalagi terkesan genit, manja, dan breakable."
"Oh.. bener nih? Jadi kalo ceweknya cantik, seksi, modis, tapi manja banget, gimana? Nggak mau?" goda Ika.
Rafael menggeleng. "Nggk ada tempat buat cewek kayak gitu."
Ika tertawa. Rafael tersenyum. *awawawawwawaw..* 
"Kalo kamu?" rafael menoleh ke arah Ika. "Kamu tipe cewek kayak gimana?"
Wajah Rafael terlihat serius. Ika jadi deg-degan. *oh ya? wow*
"Eh? Gimana ya? Menurut kamu?" jawab Ika  menghindar. Istilah kerennys, ngeles. *wkwkwkw*
"Ya, aku kan belum seberapa tau tentang kamu. Makanya aku tanya kamu. Kalo aku tau, kan aku nggak perlu tanya lagi." jawab Rafael pintar. *wkwkwkwkw.. sesuatu beud yahh*
"Emangnya penting ya? Kenapa kamu tiba-tiba mau tau tentang aku?" tanya Ika, tak kalah pintar. *haduuu.. menghindar semua nih*
Rafael diam sebentar. SEBENTAR! bukan sejam! *gak nyambung*
"Aku cuma pingin bisa kenal kamu lebih dalam. Lebih ngerti tentang kamu. Tentang sifat dan oemikiran kamu. Itu aja. Nggak tau kenaoa, tapi kayaknya..." jawab Rafael menggantung.
Kayaknya...? Kayaknya apa?? apa..?
Hati Ika bergejolak tak karuan. Jantungnya seolah berdetak dengan frekuensi yang lebih cepat dari biasanya. Tak mampu ia menatap mata cowok di sebelahnya.
"Kayaknya.. Kita udah nyampe tuh!" lanjut Rafael santai, sambil mengacak rambut Ika. *wahhh.. :D*
Ika mengankat wajahnya. Hatinya sedikit lega, tapi juga kecewa. Mengapa ia harus kecewa? Memang kata-kata apa yang diharapkan Ika meluncur keluar dari mulut Rafael? Bukannya tadi ia tak mengharapkan hal itu terjadi? Kini mengapa dia harus kecewa kalau percakapan di mobil harus terhenti? Apaa... Ia ingin Rafael..
"Ayo, turun! Kok ngelamun sih? Mikirin aku, ya?" goda Rafael usil.
"Enak aja! Nggak mungkin, lagi! Kurang kerjaan banget kalo aku sampe mikirin kamu!"
Dasar Rafael..
"Hahaha.. Ya udah, sana masuk! Habis gitu cuci tangan, cuci kaki, makan, terus langsung telpon deh!"
"Hahaha.. Iya, Bos! Tenang aja. Eh! Tadi kamu bilang telpon? Emang mau telpon siapa siang-siang gini??"
"Ya telpon aku lah! Emang kamu nggak kangen ya sama aku?"
Dasar....
"Tau ah! Aku turun dulu."
Setelah sosok Ika hilang dari pandangan, Rafael tak langsung menjalankan mobilnya. Ia masih diam merenung seperti memikirkan sesuatu, lali menyandarkan kepalanya perlahan. Hatinya berdegup gelisah, padahal tak biasanya ia seperti ini.
Ya Tuhan.. apa yang barusan hampir aku katakan? Untung aku bisa mengalihkannya cepat. Kalau nggak.. Aku nggak tau apa yang terjadi, batin Rafael.
Rafael benar-benar tak tahu apa yang ada dipikirannya. Logikanya bertentangan hebat dengan apa yang ada dalam perasaannya. Hampir saja ia mengatakan sesuatu yang tak seharusnya ia katakan. Paling tidak, bukan sekarang. Entah mengapa, kata-kata itu nyaris meluncur begitu saja. Beruntung ia memiliki respons yang cepat sehingga hal itu dapat di cegah. Apa benar demikian? Apa benar ia tak boleh mengatakannya? Sesuatu yang nyata ada dalam perasaanya? Ia ingin mengenal Ika. Ia ingin mengetahui.

"Si Rafael bener-bener naksir Ika, ya?" tanya Rico pada Reza.
"Mungkin. Gue nggak tau pasti. Yang jelas keliatan banget kalo sejak deket sama Ika, dia mulai berbah." jawab Reza.
"berubah? Berubah gimana?" tanya Rico lagi.
"Ya.. Berubah lebih semangat, lebih ceria. Pokoknya berubah deh! Kalo dulu kan dia suka menyendiri, apalagi sejak kepergian Vita ke Aussie. Sejak ketemu Ika, the real Rafael is born."
"Vita? Siapa? Mantannya?"
"Bisa dibilang gitu sih. Rafael dulu sayang banget sama Vita, dan keliatannya Vita juga sayang sama Rafael. Mereka sempet deket, deket banget malah! Pas Rafael mau nembak Vita, Vita keburu ke Aussie. Rafael sempet shock waktu itu. Dia juga sempet nggak mau hubungan sama yang namanya cewek." jelas Reza.
"Sejak ketemu Ika dia berubah?"
Reza mengangguk. "Aku belum pernah ngeiat Rafael seserius ini. Yang ini bahkan lebih dari waktu dia sama Vita."
Jadi begitu.. Rafael.. Dia benar-benar serius sama Ika. Bagaimana dengan aku...? batin Rico.
"Lo juga suka sama Ika, kan?"
"Eh?"
"Ya, lo suka sama Ika, kan?" ulang Reza lagi. Diperjelas. *wkwkw*
Rico mengangguk enggan.
"Nggak tau juga sih, Za. Ika emang udah nyuri perhatian gue sejak pertama kali gue ngeliat dia." jawab Rico.
"Tapi.." lanjut Rico, "kalo Ika juga suka sama Rafael, ya gue bisa apa lagi? Anggap aja gue nggak pernah suka sama dia. Yang penting dia bahagia."
"Ya ampun, segitunya. Take it easy, bro! Nyantai aja lagi! Cewek di mana-mana banyak. Tinggal milih aja! Toh, fans-fans lo di sekolah juga banyak kan.. wkwkw.."
"Dasar! Ya.. iya lah... Cewek emang masih banyak, nggak cuma Ika aja." kata Rico bersemangat.
"Gitu dong!"
Kenyataannya nggak segampang itu, bro...




To be continued~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar