Part 8
Seperti biasa, matahari terbit dari timur. Menandakan bahwa hari telah berganti. Mmancarkan cahaya terang yang kali ini tertunduk malu di bawah lindungan sang awan.. *eaaa*
“Kamu jadi balik ke sini, Nak?” terengar percakapan via telepon di seberang sana. Jauh di seberang.
“Iya, ma.. Aku balik bulan depan. Iyaa... Dahh..” jawab seorang gadis. Lembut.
Setelah menyudahi percakapana dan meletakan gagang telepin, sang gadis mengangkat pelan sebuah pigura lama yang terletak di meja belajarnya. Diusapnya perlahan, lalu diletakkan kembali dengan hati-hati. “I’ll be back” katanya pelan, lalu bergegas meninggalkan kamar.
“Hey hey hey...! Girls, jumpa lagi dengan DJ Stey disini, always di Forewver Love, acara khusus buat kaum hawa. Wkwkw.. ok, sekarang kita dengerin bareng lagu Missing You dari The Heartbreaker. This is it.. wkwkw”
Baby I’m missing you badly..
Wishing you here with me..
Never let you go away..
Don’t wanna lose you again...
“Ok.. Itu dia lagu Missing You dari The Heartbreaker.. wahh.. buat tema kali ini.. apa ya?? ‘Jatuh Cinta’ ok itu tema kita hari ini. Fall In Love. Bagi kamu-kamu yang mau nanya-nanua, atau mungkin mau berbagi kisah jatuh cinta kamu, silahkan. Stey tunggu di 08963367xxx atau on air 7312xxx dan 7311xxx.”
“Stey, aku mau nanya nih!” kata suara di seberang.
“Siapa nih?”
“Rina”
“Mau nanya apa, Rina?” jawab Stey.
“Kapan waktu yang tepat buat kita ngerasain jatuh cinta? Sekarang aku lagi deket sama cowok. Aku bener-bener seneng kalo ketemu dia. Setiap hari selalu kami habiskan sama-sama. Dia pasti main ke rumah tiap hari. Apa itu bisa dibilang jatuh cinta, Stey?”
“Oke.. hmm.. cinta nggak bisa di tebak kapan datangnya, juga nggak pernah diketahui kapan perginya. Jadi Rina, kamu bisa ngerasain cinta kapan pun cinta itu hinggap di hati kamu. Bisa sekarang, bisa juga nanti. Kalo kamu udah ngerasain cinta di hati kamu, ya kamu ungkapin aja lewat perbuatan-perbuatan kamu, biar dia tahu kalo kamu suka sama dia.”
“Stey kalo ternyata kita nantinya nggak cocok gimana? Kan aku sama dia baru kenal satu bulan” tanya Rina lagi.
“Nggak apa-apa. Kalo nanti kamu haris putrus sama dia karena mungkin nggak cocok lagi, anggap aja itu sebagai pendewasaan diri. Kan namanya jatuh itu kadang terasa sakit. Kita nggak boleh lama-lama berkutar dengan rasa sakit dan jatuh itu. Kita tetap harus bangkit, yang penting ke depan kita jadi lebih hati-hati..”
“Ya, udah deh.. thanks ya, Stey..”
“Sama-sama, Rina.. bubyee..”
“Still with DJ Stey uang imut abis di Forever Love. Wkwkw.. ada beberapa sms yang masuk nih. Wait.. ada uang menarik disini. Ada sms dari dua nomer yang berbeda tapi nanyain hal yang sama. Emm.. sama-sama nggak pake nama lagi. Hadu.. Stey males nih kalo bacain sms yang nggak ada namanya.. cewek jaman sekarang ya.. main rahasia-rahasiaan. Berhubung kayaknya dua cewek ini sedang dilanda cinta, Stey bacain deh.. so, bilang thanks dong sama Stey.. haha..
“Oke.. dear, kedua no name kita, mereka berdua nanya: *blablablablabla*” wkwkw.. admin males nulisnya.. :p
“Nggak terawsa, girls.. Stey udah dua jam lebih dikit nemenin kamu-kamu semua. Udah dimarahin nih gara-gara siaran kelamaan. Ya udah, ketemu lagi minggu depan. Seperti biasa, kata-kata mutiara dong! If you love someone, you tell it. You tell it or the moment just passed you by. See you next week, bubyeeeee...”
So as long as I live I love you..
Will heaven hold you..
You look so beautiful in white..
And from now to my very last breath..
This day I’ll cherish..
You look so beautiful in white..
Tonight..
Rafael memantapkan langkah. Kali ini, kuatnya logika terpaksa bertekuk lutut di bawah perasaannya yang semakin lama semakin tak terkenadali. Sekali lagi ia berpikir, lalu mengambil gagang telepon. Ragu, kemudian dengan mantap ia memencet beberapa nomor.
“Halo..”
“Hoii.. ni Rafael, Ngga!”
“Woii, bro! Tumben banget telpon gue? kangen ya sama gue..” tanya Rangga jail. Wkwkw..
“Sialan! Males banget kangen sama lo. Eh, can you help me bro?”
“Ahaaa, selalu kalo ada butuhnya .. ._.”
“Nggak sering juga kan? Lagi butuh banget nih..” pinta Rafael.
“Oke, what’s up, now?”
“Gini.... *blablablablablablabla*”
Percakapan antar dua sahabat sejak SMP itu berlangsung kira-kira setengah jam lamanya. *mahal woi! Yang bayar telpon sp??!!* *wkwkw* Tak jelas apa yang mereka perbincangkan. Kadang terdengar gelak tawa di antara mereka. Kadang pembicaraan mereka terdengar sangat serius dan rinci. Ada apa?
“Pagi, anak-anak!”
“Pagi, Bu!” jawab anak-anak kelas 1-2 bebarengan membalas sapaan hangat sang wali kelas.
“Woi, Rafael nggak masuk??” tanya Rheyna*yang duduk dibelakang Ika* sambil mencolek punggung Ika.
“Eh?” Ika menoleh ke arah bangku di sebelahnya kosong. Mengapa ia sama sekali tak memperhatikan, ya?
“Ya. Mungkin sakit.”
“Loh, emang kamu nggak tau?” tanya Rheyna.
Ika menggeleng. “Ya nggak lah. Emang aku apaannya, kok harus tau dia kemana?”
“hahahaha.. Ya, aku pikir kamu tau kenapa dia nggak masuk. Kan biasanya bareng dia.”
Ika tidak menanggapi.
“Emang hari ini dia nggak jemput kamu?” tanya Rheyna lagi.
Ika menggeleng lagi. “Katanya ada urusan. Jadi, nggak bisa jemput.” Jelas Ika.
“Jangan-jangan dia udah punya pacar lain, Ika?” goda Rheyna, sambil tertawa.
Ika memicing. Dasar Rheyna!!
“Ya, nggak apa-apa kalo emang dia punya pacar. Toh aku bukan siapa-siapanya” jawab Ika.
“Yeee.. Ika cemburu nih? Hahaha..”
Ika ceberut *wkwkwkwkw*
“Rheyna, Priyanka, jangan ngobrol saja! Ayo, kalian berdua kerjakan tugas!” serentak Rheyna kembali ke posisi semula *menghadap ke papan tulis* langsung sibuk dengan buku paket dan latihannya. Sementara Ika tersenyum kecil, lalu mengambil buku latihannya di dalam tasnya.
Benarkah Rafael udah punya pacar? Batin Ika.
Ika menoleh sebentar ke arah bangku kosong di sebelahnya. Bangku yang seblumnya tak pernah terlihat kosong, kecuali hari ini.
Tanpai ia mau, angin cemburu sudah berembus ke arahnya.
ah, nggak mungkin. Lagia, kalaupun bener, aku nggak punya hak cemburu, batin Ika lagi. Ia kembali sibuk menekuni pekerjaannya.
“Udah beres, Raf. Say thanks to us.”
“Yup. Thanks a lot, bro!”
“It’s okay. Good luck, man!” saut Bisma.
Rafael mengangguk.
Ia melihat sekeliling, sekali lagi mengedarkan pandangannya. Lumayan, pikirnya merasa puas. Tak disangka kedua sahabatnya ini masih punya jiwwa seni, walaupun sedikit. Wkwkw.. ._.
“Nggak nyangka banget hasilnya bagus.” Kata Rangga, yang juga disetujui Bisma.
“Gimana kalo kita buka bisnis PO, kita sendiri yang ngerjain, kan lumayan tuh bayarannya!”
“Ngimpi kali! Ya nggak mungkinlah. Emang kalo kita dapet job, mau ngerjain berapa munggi, heh? Segini aja kita sampe bolos sekolah.” Sambar Rannga.
Bisma tertawa.. wkwkwkwkwkwk .. ._.
“Ya udah, udah selesai kok, nanti sore aja kalian tolong ke sini lagi. Nggak papa kan?” tanya Rafael, sambil membereskan beberapa barang.
“Yup. That’s alright. Lita pasti usahain yang terbaik buat lo.”
“Thanks, guys!”
Ketiga sahabat itu pun tertawa bersama-sama.
“Alex.. aku mau nanya nih..”
“Masalah apa? Tampangmu serius gitu..”
“Menurut kamu, Rafael gimana?”
Alex terenyak. Kaget.
“Heh? Gimana apanya? Emang kamu pikir, aku ertarik sama Rafael?” goda Alex.
“Yeee.. apaan sih!” Ika sewot.. nahloh nahloh nahloh nahlo *eh!*
Alex mengangguk mengerti.
“Jadi kamu minta pendapatku tentang kamu suka sama Rafael??”
“Eh??”
“ya kan, sayang? Tanya Alex lagi, sambil mengusap lembut rambu adiknya.
Sejak dulu Ika nggak pernah curhat masalah cowok. Hubungan mereka berdua sangat dekat, sebagian waktu luang mereka selalu habiskan bersama-sama. Bercerita tentang apa saja, semua tanpa ada yang ditutup-tutupi. Tentang sekolah, pelajaran, teman, guru-guru kiler, cewek idaman Alex, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sama sekali nggak pernah ada kata cowok keluar dari mulut Ika.
Ika diam sejenak.
“Jadi, Ika kecilku sudah mendapatkan pujaan hati??” kata Alex lagi.
“Eh? aku kan Cuma nanya tentang Rafaerl aja..””
“Ya, udah deh kalo nggak mau ngaku.” Alex mengacak rambut adiknya. “Menurutku, kamu cocok sama Rafael.”
“Heh?” Ika melongo.
“Kamu nanya, kan? Ya aku jawab.”
Aduh, Alex ini... “Maksud Ika, Rafael orangnya gimana??”
“Oh, yang itu.. mm.. aku kan nggak seberapa kenal dia. Paling Cuma ngoberol bentar kalo dia lagi ke rumah jemput kamu. Selebihnya, aku jarang banget ketemu dia.”
Ika antusias menyimak omongan Alex.
“Menurutku.” Lanjut Alex. “kayaknya sih dia baik. Apalagi dia sabar dan bisa menerima cewek galak macam adikku ini. Jadi, aku pikir dia eman cowok baik.”
“Sialan!”
“Hahaha.. Jadi, yang penting perasaan kamu. Nggak usah peduliin tanggapan orang lain. Kamu sendiri, menurut kamu dia gimana??”
Ika berpikir sejenak. Tiba-tiba terlintas kata-kata Rheyna tadi pagi.
“Alex..”
Alex menoleh.
“Apa bener cinta harus diungkapin??”
Alex terdiam sebentar, lalu mengangguk.
“Apapun yang terjadi?”
Alex mengangguk lagi.
“Alex, kamu mau antar aku??” tanya Ika cepat. Tak sempat berpikir ulang. Perasaan dalam dadanya yang selama ini terpendam rapi seperti menjolak ingin keluar dari persembunyiannya.
“Ke mana?”
“Rumah Rafael.” Jawab Ika cepat, lalu beranjak keluar. “Tunggu, mau ganti baju sebentar4.”
“Non..”
Ika menghentikan langkahnya.
“Mau ngapain ke rumah Rafael?”
“Nggak tau, Alex. Aku Cuma pengen ketemu dia. Is that alright?”
Alex tersenyum simpul.
“Alasan diterima”
Kemudian Ika kembali ke kamarnya.
Cause there’s something in the way you look at me.. this is if my heart knows you’re the missing piece..
“Halo??”
“Ika.. Rafael!! Rafaelllll!!” kata suara di seberang.
“Kenapa Rafael??”
“Rafael sakit!!”
“Hah?? Sakit apa??!! Aku ke sana ya! Tunggu! Ini siapa??”
“Ini Bisma! Ya udah, kamu cepetan ke rumah Rafa ya!”
“Iya..”
Ika langsung berlari ke kamar Alex.
“Alex!! Cepet bisa kali!”
“Iya.. iyaa..”
Alex memakirkan mobilnya di halaman rumah besar di salah satu kompleks. Yap! Rumah Rafael. Tidak lama kemudia, Bisma menghampiri Ika dan menyuruh Ika masuk langsung ke kamar Rafael di lantai dua.
Perlahan matanya melihat sekelilingnya. Antara takjub dan tak percaya, Ika menggeleng pelan. Tak mungkin apa yang dilihatnya ini. Apa ini?? Semua ini..
Ika melihat ssuatu yang tak pernah dilihatnya. Paling tidak, sampai hari ini belum pernah dilihatnya. Bahkan dalam mimpi sekalipun tak pernah ia mengharapkan kejadian yang begitu sempurna ini. Ya Tuhan..
Ruangan ini kira-kira berukuran 8 x 9 meter. Seluruh tembok di ruangan kamar itu di lapisi kain berwarna merah muda, warna kesukaan Ika. Di setiap sudut ruangan, lilin sudah diatur sedemikian rupa sehingga ruangan yang lampunya sengaja tidak dinyalakan jadi terang. Paduan balon berwarna merah muda dan putih tampak tertata cantik menambah keindahan ruangan itu. Tepat di tengan-tengah terdapat meja makan berbentuk bundar elegan dengan dua kursi yang saling berhadapan. Mawar berwarna putih dan sebuah lilih menghiasi meja tersebut. Begitu indah, begitu sempurna. Paling tidak begitu penilaian Ika. Satu lagi, lantai ruangan itu terlihat berwarna merah muda karena dilapisi oleh taburan mawar warna pink yang sangat cantik.
Ika benar-benar terkesima tak tahu harus berkomentar apa. Ia menatap sekeliling ruangan sekali lagi. Memastikan bahwa penglihatannya tidak salah. Oh, apa itu? Sebuah papan yang *lagi-lagi berwarna merah muda* bertuliskan:
WOULD YOU BE MY GIRLFRIEND ??
Ika tertawa tertahan.
“Kenapa??” tanya Rafael. “Nggak suka ya>’
Tawa Ika semakin keras.
“Kenapa sih, Ika??” tanya Rafael heran.
“Ini.. ini bukan hari valentine, kan?? Kok dekorasinya warna merah muda sih??” protes Ika.
“Loh, bukannya kamu suka ya sama warna ini? Pink bukan berarti valentine kan??” jawab Rafael pintar. “Kamu suka?” tanya Rafael lagi. “Mm.. tulisannya?”
Ika kembali tertawa, tapi kemudian berhenti ketika dilihatnya Rafael tersenyum kecut.
“Mm.. aku Cuma nggak nyangka aja kamu bisa senorak ini.” Kata Ika masih tertawa. “Masa nembak cewek pake tulisan besar kayak gitu sih?”
“Loh, siapa yang mau nmebak cewek??” tanya Rafael.
Hati Ika kaget. Malu. Kecut. Jadi, ini bnukan untuknya.
“Eh tunggu. Bukannya kata Bisma kamu... sakit ya??”
“Itu kan kata Bisma.. kata aku?? Haha.. udah.. nggak usah kaget gitu deh! Aku emang mau nembak cewek disini.”
“Siapa?” tanya Ika, walau sebenarnya ia tau jawabannya. Ya, kala u tebakannya benar.
“Mmm.. coba kamu lihat sendiri aja. Nama ceweknya ada kok di belakang tulisan itu. Tinggal tarik tali di sebelah kanan, lalu akan bisa kamu liat deh nama ceweknya.” Jelas Rafael.
“Aku?”
“Ya.. iya lah. Masa satpam sih! Emang kamu nggak mau tau?” goda Rafael.
Ika merenggut kesal, lalu berjalan ke arah tali yang ditunjukan Rafael tadi, dan menariknya.
Srett.. sehelai kain tiba-tiba turun dan menutup persis papan berwarna merah muda tadi. Ika memiringkan kepalanya untuk melihat tulisan yang ada pada kain itu.
BE MY GIRL, PRIYANKA ?
Seketika itu juga, tanpa sempat dicegah, air mata Ika menetes. Ya, Ika tak tahan untuk tidak menangis.
“Ini buat kamu, Ika.”
Ika. Dia. Dirinya. Semua ini untuk dirinya. Dirinya. Rafael menyiapkan semua ini untuk dirinya. Air mata Ika kembali meluncur ke luar.
Rafael beranjak ke sisi Ika, mengusap air mata gadis itu, lalu ia mengulurkan setangkai mawar biru *mawar idaman Ika* yang sudah dihias seapik mungkin.
“Aku sayng kamu, Ika” katanya lembut. “Aku nggak tau kenapa atau kapan tepatnya rasa itu ada di hati aku. Yang aku sadari, aku Cuma ingin kamu tahu aku bener sayang sama kamu.”
Ika masih belum bisa berkata apa-apa.
“Kamu mau kan jadi cewek yang bisa ngerti aku, yang nerima aku apa adanya, yang juga sayang sama aku?” mata Rafael terlihat tulus. Apa adanya. Tanpa kepalsuan atau keraguan.
Ika dapat melihat itu dengan jelas.
Ia sangat terharu sehingga kembali meneteskan air matanya. Sedikit pun Ika tak pernah berharap mendapatkan penembakan seindah ini. Setulus ini.
“Jangan nangis dong! Masa Ika kerjaannya Cuma nangis sih!”
Ika tersenyum, lalu mengangguk.
Akhirnya, beban di pundak Ika secara lepas begitu kata-kata “ajaib” itu keluar dari mulut Rafael, pujaan hatinya. Bahkan, mungkin pangeran dalam jiwanya.
Tentu saja Proyanka mau. Apa lagi yang ditunggunya? Tak ada. Ia sudah menyadari semuanya. Semuanya. Bisikan lembut hati kecilnya yang membuat a tau dan akan mencoba jjur pada Rafael, dan pada dirinya sendiri. Jujur akan perasaan hatinya. Jujur akan getaran-getaran aneh dalam belenggu rongga dadanya. Jujur bahwa ia menyayangi Rafael.
“Aku mau.” Jawab Ika pelan, sambil tersenyum. Manisss..
Rafael merengkuh Ika ke dalam pelukannya. Lega, semua sudah ia nyatakan malam ini. Segala perasaan yang selalu mengganjal di hatinya sudah ia tumpahkan. Rafael sadar, alasan mengapa wajah Ika selalu ada dalam pikirannya saat ia terjaga, alasan mengapa senyum Ika selalu menghiasi mimpi-mimpinya saat ia terlelap, alasan mengapa ia sedikit pun tak bisa menjauhkan nama Ika dari Hatinya, adalah.. Cinta.. Rafael mempererat pelukannya.
“Kamu mau kan jadi orang yang selalu nemenin aku?” tanya Rafael, menatap wajah Ika.
Ika mengangguk.
Rafael mengecup kening Ika. Lembut. *aa.. so sweet.. pengen deh adminnya. Wkwkw*
“Aku sayang kamu, Raf..” bisik Ika.
“Aku lebih dari itu.” Balas Rafael.
To be continued~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar